Pantaskah Aku Untuk Dia?
Assalamualaikum akhi yang soleh
dan ukhti yang solehah, bagaimana ibadahnya hari ini? Semoga lancar ya...aamiin :)
Selalu saya ucapkan terima kasih
kepada pembaca yang masih berkenan mampir di blog ini untuk membaca tulisan
saya. Mudah-mudahan tulisan yang saya
muat tidak membuat pembaca merasa sakit hati. Kali ini saya sedang ingin
membahas soal jodoh. Nahhh kalau soal ini pasti remaja senang banget..hehe
Begini, zaman sekarang tren
pacaran sudah menjadi hal yang biasa dikalangan remaja kan ya? Bahkan bukan
cuma remaja,sering kita dengar ada
ibu-ibu, bapak-bapak, dan nenek-kakek pacaran. Ada yang pacarannya
sembunyi, ada juga yang terang-terangan. Duhh sudah seperti dakwah saja.
Pacaran dijadikan media untuk mecari jodoh. Padahal kita semua tahu toh kalau
islam tidak mengenal istilah pacaran. Yang ada Ta’aruf. Ya begitulah manusia, sudah dilarang masih saja
melanggar. Saking seringnya manusia melanggar aturan yang ada, sampai muncul
semboyan “aturan dibuat untuk dilanggar”. Namanya juga manusia, tempatnya salah
dan khilaf.
Dalam QS. Yasin ayat 36 Allah berfirman “Maha
Suci Zat yang telah menciptakan berpasang-pasangan semuanya dari apa yang
ditumbuhkan bumi dan dari diri-diri mereka sendiri dan dari apa yang tidak
mereka ketahui”. Dalam hal ini bukan hanya manusia yang diciptakan secara
berpasangan. Semua makhluk ciptaan-Nya berpasang-pasangan. Nahh kita sebagai makhluk Allah yang memiliki
naluri untuk mencintai dan dicintai, siapa sih yang tidak ingin punya pasangan.
Pasangan yang setia sehidup semati, saling
melengkapi satu sama lain, dan menutupi
kekurangan masing-masing, serta saling mengingatkan dalam hal beribadah.
Saat pacaran, masing-masing sibuk
menilai pribadi pasangan dan sering muncul pertanyaan seperti “Dia baik gak ya
buat saya? dia nanti cocok gak ya sama saya kalau sudah nikah? Dia pantas gak
sih buat saya?”. Kita hanya sibuk menilai orang lain tanpa menilai diri sendiri
terlebih dahulu. Sebaiknya kita hindari pertanyaan seperti itu. Kita balik
pertanyaannya menjadi “Saya pantas gak ya buat dia? Saya kelak bisa tidak ya
jadi pendamping hidup yang baik buat dia? Saya cocok tidak ya buat dia dan
keluarga dia?”. Dengan kita bertanya seperti itu akan menumbuhkan sikap yang
rendah hati, tidak sombong dan selalu menilai diri sendiri sebelum menilai
orang lain.
Untuk para akhi, Rasulullah
bersabda ”Wanita itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya, karena
kecantikannya, karena nasabnya, karena agamanya. Maka pilihlah alasan
menikahinya karena agamanya. Kalau tidak maka rugilah engkau”. Agama merupakan landasan hidup seseorang.
Dengan agama kita punya tujuan hidup. Tujuan hidup kita sebagai seorang muslim
adalah untuk beribadah (menyembah) kepada Allah sesuai dengan QS. Adz-Dzaariyaat
ayat 56 dan QS. Al-Baqarah ayat 21 .
Jika seseorang sudah baik agamanya, insyaAllah dia sudah tahu apa tujuan
hidupnya dan tahu bagaimana dia harus bersikap untuk meraih surga-Nya. Orang yang
agamanya baik, insyaAllah hanya takut pada Allah dan hanya akan mengharap ridho
Allah. Bagi seorang wanita, suami adalah prioritas utama untuk mendapat
ridho-Nya. Tanggung jawab orang tua si wanita diambil alih oleh sang suami
sepenuhnya ketika sudah menikah. Sehingga wanita harus patuh dan taat pada
suaminya selama perintah sang suami tidak melenceng dari ajaran islam.
Fitrah seorang wanita adalah
dipilih, menunggu jodoh yang kelak akan datang melamar. Sedangkan laki-laki fitrahya
memilih, karena kelak dia yang akan memimpin rumah tangganya bersama dengan
istri dan anak-anaknya. Dia yang harus tahu bagaimana mengambil sikap dalam
memutuskan segala persoalan rumah tangganya. Namun dalam hal ini bukan berarti wanita
hanya bisa legowo dan manut saja ketika dipilih atau dipinang dengan laki-laki
padahal dia tahu kalau laki-laki itu tidak baik untuknya. Wanita berhak menolak jika memang merasa tidak cocok.
Sebagai seorang wanita kita berhak untuk memilih laki-laki mana yang bisa
meminang kita. Karena pada dasarnya dalam penikahan tidak ada unsur pemaksaan.
Sekarang ini banyak wanita dan
pria yang takut kelak mendapatkan pasangan yang tidak baik atau tidak sesuai
dengan harapan. Resah dan sibuk memilih-milih, ujung-ujungnya ga jadi nikah. Allah
berfirman dalam QS. An-Nur ayat 26 yang berbunyi :
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki
yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula),
dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang
baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu
bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka
ampunan dan rizki yang mulia (surga).”
Jodoh kita adalah cerminan dari
pribadi kita sendiri. Jika kita rajin shalat, suka menolong orang dalam
kebaikan, taat pada Allah, rajin membaca Al-Quran, insyaAllah kelak jodoh kita
akan sama dengan akhlak kita. Tapi jika kita suka melakukan hal-hal yang tidak
baik misal mabuk-mabukan, suka ngegosip, jarang shalat, jarang membaca
Al-Quran, durhaka pada orang tua maka kelak jangan salahkan Allah jika Dia
memberikan kita jodoh yang akhlaknya sama buruknya dengan kita. Jangan mengharapkan
sesuatu yang berlebihan jika kita memang merasa belum pantas mendapatkan
sesuatu yang baik. Hidup itu harus seimbang, take and give. Jika kita menjadi
pribadi yang baik dan melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya
kelak kita akan diberi hadiah oleh Allah berupa jodoh yang baik. Jadi jangan
takut akan tertukar. Allah tidak akan pernah tega memasangkan hamba-Nya yang
baik dengan yang tidak baik. Firman di atas adalah janji Allah pada hamba-Nya,dan
Allah tidak akan pernah ingkar akan janjinya, karena dia Maha Adil, tahu mana
yang baik buat hamba-Nya.
Tontonan di televisi sebenarnya
tidak tepat dalam menayangkan kisah istri solehah yang didzalimi oleh suaminya.
Selalu saja kita melihat adegan istri solehah yang sabar dianiaya oleh suaminya
yang mabuk-mabukan, berjudi, dan suka main wanita. Ini tidak sesuai dengan
firman Allah di atas. Begini saja, jika memang suatu saat,
naudzubillahimindzalik, akhi atau ukthi mendapat jodoh yang menurut kalian
tidak baik, jangan menyalahkan orang lain dahulu atau jangan menyalahkan Allah,
tapi instropeksi diri sendiri dahulu. Selama ini apa yang kurang dari diri akhi
dan ukhti. Apa yang membuat Allah memberi pasangan yang tidak sesuai dengan
harapan kita. Kita adalah makhluk Allah yang penuh khilaf, sangat besar potensi
kita untuk melakukan kesalahan. Baik di masa lalu maupun di masa yang akan
datang.
Dari tulisan di atas kita ambil
kesimpulan, jangan khawatir soal jodoh.
Allah sudah menyiapkan jodoh yang tepat untuk masing-masing hamba-Nya, dan tidak
akan pernah tertukar. satu hal yang bisa kita lakukan, yaitu bersiap-siap untuk
menerima jodoh kita jika sudah tiba saatnya. Bagaimana kita bersiap? Ya kita
sibukkan diri kita dengan kegiatan positif, agar kelak kita menjadi pribadi
yang baik di mata Allah.Dia yang menentukan jodoh kita. Lakukan apapun yang
baik dimata Allah. Tidak usah perhitungan atau marah jika nanti suatu saat kita
masih belum mendapat jodoh sesuai harapan. Mungkin itu yang terbaik yang Allah
kasih buat kita. Dibalik semua peristiwa yang terjadi dalam hidup ini pasti ada
hikmahnya. Yang baik menurut Allah pasti baik buat kita, tapi yang menurut kita
baik belum tentu baik dimata Allah.
Syukron :)
Terima kasih
BalasHapus