Antara Rasional dan Irrasional
Assalamualaikum akhi dan ukhti. Bagaimana kabarnya? Maaf selama beberapa minggu ini saya off dari koneksi internet sehingga tidak bisa posting tulisan dalam waktu dekat. Hehehe...
Kira-kira kita ingin bahas apa
nih? Udah lama ya tidak bahas soal cinta. Biasanya yang remaja mah senengnya
bahas cinta. Maklum lagi masa-masa pencarian. Cieee...yang remaja. :)
Cinta terkadang tumbuh secara
irrasional. Sesuatu yang dianggap buruk oleh kebanyakan orang justru menjadi
sesuatu yang biasa di mata orang yang sedang dimabuk asmara. Sering lihat orang yang jatuh cinta melakukan
hal-hal yang aneh tidak? Pasti pernah. Kalau sikap anehnya itu diwujudkan dalam
bentuk tindakan seperti senyum sendiri, jingkrak-jingkrak tiap bunyi sms atau
telpon di HP nya, atau mungkin sering nyanyi lagu-lagu cinta yang begitu
romantis, itu adalah hal biasa dan lumrah. Tapi jika tindakan irrasionalnya itu
ditunjukan dalam sikap mencintai “perilaku
tidak baik” sang pacar, itu yang menurut saya tidak wajar dan tidak
patut untuk ditiru.
“Mel, mencintai seseorang itu kan
bukan hanya karena kelebihannya aja. Tapi kekurangannya juga kita harus
cintai”. Yupz, itu betul sekali. Kekurangan pasangan kita adalah pelengkap bagi
kita. Dalam hal ini saya bukan melarang orang untuk tidak mencintai kekurangan
pasangan lho. “Perilaku tidak baik” dari sang kekasih disini saya maksudkan
sebagai sikap atau tindakan yang tidak sewajarnya dilakukan yang pada akhirnya
menyakiti orang lain, baik itu dari segi perasaan ataupun dari segi fisik.
“Bukannya sesuatu yang berbeda dan tidak sewajarnya orang lakukan itu adalah
hal yang unik yah, Mel?”. Nah akhi dan ukhti dalam hal ini harus bisa
membedakan mana perilaku unik namun tetap rasional dan perilaku unik yang
irrasional. Sudah tahukan akhi dan ukhti apa itu rasional dan irrasional?? Saya
percaya akhi dan ukhti pasti sudah tahu.
Bagi yang belum pernah dengar dua
kata di atas, makna singkat rasional adalah segala sesuatu yang masuk di akal,
masuk otak, dapat diterima oleh kita. Irrasional adalah segala sesuatu yang tidak
masuk akal, atau tidak bisa diterima oleh kita. Itu pengertian dari saya
sendiri lho ya, kalau mau lebih jelas dan lengkapnya coba cari di kamus KBBI
atau minta tolong mbah google aja biar cepet. Hehehe..
Setelah mengetahui makna rasional
dan irrasional, sekarang kita lanjut topik sebelumnya soal cinta. Mencintai
seseorang karena punya kelebihan atau sesuatu yang unik pada dirinya adalah hal
yang biasa. Saat pacaran pasti sebagian orang menunjukkan sisi baik dari
dirinya, jarang menunjukkan sisi buruknya. Tapi ada juga orang yang
blak-blakkan atau terang-terangan menunjukkan sisi buruk dirinya dihadapan sang
kekasih agar tidak ada kebohongan yang harus ditutupi dalam hubungan tersebut.
Seharusnya jika memang di antara akhi dan ukhti ada yang sudah terlanjur
pacaran, sikap saling terbuka adalah hal yang baik. Karena suatu hubungan yang
diawali dengan kebohongan, pada akhirnya tidak akan memberikan dampak yang
positif. Betul tidak? :)
Akhi dan ukhti suka tidak dengan
lawan jenis yang punya tabiat suka menduakan pasangan? Suka berbohong? Suka
mainin perasaan pasangan? Tidak peduli dengan pasangan? Saya yakin pasti akhi
dan ukhti tidak suka kan? Tabiat “tidak baik” di atas cukup rasional untuk
hati akhi dan ukhti tidak? Pasti tidak toh? Coba, mana ada orang yang ingin
diduakan? Mana ada orang yang ingin dibohongi? Mana ada orang yang ingin
dimainin perasaannya? Mana ada orang yang ingin dicuekkin? Jika ada, wahh saya
bingung, hati orang tersebut terbuat dari apa ya? Kok bisa menerima perilaku
yang seperti itu? Hehe.. hebat sekali kalau memang ada orang yang seperti itu. Salut
deh pokoknya.
Saya sebagai wanita biasa jelas saya
menganggap perilaku “tidak baik” seperti di atas irrasional untuk hati dan
fikiran saya. Jujur, saya tipe wanita yang mudah sakit hati. Dan jika sudah
sakit hati, saya akan ingat perilaku itu sampai mati sekalipun. Itu tabiat
buruk saya yang tidak patut ditiru. Semoga bisa cepat-cepat dihilangkan. Tapi
saya tidak mudah sakit hati dengan perilaku yang sepele. Misal, hanya gara-gara
tidak diajak jalan-jalan sama teman lalu saya sakit hati sampai tidak memaafkan
teman saya itu. Kalau begitu sih alay namanya.
Saya sakit hati jika sikap yang dilakukan itu sudah mencakup kehidupan
pribadi dan perasaan saya. Misal, meremehkan atau menghina harga diri dan
keluarga saya. Saya tipe wanita yang paling tidak mau harga dirinya diremehkan,
apalagi sama kaum adam. Saya bukan wanita yang senang akan rayuan manis. Saya
bisa bedakan mana yang bercanda dan mana yang mengarah serius menghina saya.
Setiap orang punya kepribadian
yang berbeda. Ada yang mudah sakit hati, tapi mudah juga memaafkannya. Ada juga
yang tidak mudah sakit hati, tapi sekalinya sakit hati sulit untuk memaafkan.
Saya masuk tipe yang kedua. Nahh kalau sudah sakit hati, akhi dan ukhti
biasanya melakukan tindakan apa? Memutuskan tali silaturahim? Atau mencaci maki
orang yang telah menyakiti hati akhi dan ukhti? Macam-macam lah ya sikap orang
dalam menghadapi rasa sakit hati. Saya tidak termasuk dalam kategori keduanya.
Bagi yang sedang pacaran, kalau salah
satunya menyakiti hati pasangan, biasanya langsung minta putus dan mulai
mencaci maki di media sosial. Segala macam nama hewan keluar bagaikan kebun
binatang yang kebobolan. Sungguh itu tidak patut ditiru. Tidak ada manfaatnya
kita mencaci maki orang lain, yang ada hanya menambah dosa kita sendiri. Ya
tidak? Sikap paling aman buat kita adalah diam, berdoa semoga hati kita bisa
lebih tabah dan jika memang dia berdosa pada kita, doakan agar diampuni dosanya.
Memang pada kenyataannya jarang ada yang
bisa merealisasikan sikap seperti itu. Saya sendiri kesulitan untuk
menerapkannya. Masih dalam proses perbaikan diri. Makhluk Allah yang paling
sempurna akhlaknya ya itu nabi Muhammad lah yang bisa melakukan perilaku nan
mulia seperti diatas tanpa beban. Beliau satu-satunya Uswatun Hasanah yang
patut kita teladani perilakunya. Mari berdoa semoga kita semua bisa meneladani
sikap beliau. Aamiin..
Jika sudah sakit hati, lalu minta
putus, dan pasti tidak mau balik lagi kan dengan sang mantan yang satu itu? Tupai
aja tidak mau jatuh kelubang yang sama. Masa manusia seperti kita masih mau
jatuh kelubang yang sama. Bahkan sampai berkali-kali. Astaga, ini orang
kayaknya otaknya tertukar dengan si tupai. Ckckck..
Tidak jarang kita lihat orang
yang pacaran lalu disakiti sama pasangannya, ehhh balik lagi. Tidak lama putus
lagi. Ehh malah nyambung lagi. Tidak bosan kah dengan sikap “tidak baik”
pasangannya? Sering diduain, sering dibohongin, sering dibentak-bentak, masih mau?
Yakin masih mau? Sama orang tua dibentak sedikit aja marah terus ngambek, ini
dibentak pacar malah diam saja tidak berani melawan, mengkerut kaya kulit jeruk
kepanasan. Mana yang lebih sayang sama akhi dan ukhti, orang tua atau pacar?
Akhi dan ukhti sudah tahu sendiri jawabannya. Yang lebih konyol malah ada yang
dengan polosnya mau saja diduain asal jangan diputusin. Gubrak!!!!!
Ini hal yang sering terjadi saat
pacaran sama orang yang hobi menyakiti hati pasangan : Misalnya si cewek yang
diduain sama cowoknya. Si cewek nangis pas tahu kalau dirinya diduain sama sang
pacar. Seminggu kemudian cowoknya telepon bahwa dia menyesal telah menduakan si
cewek lalu minta balikan lagi, dan dengan mudahnya si cewek membuka hatinya
kembali untuk sang mantan tersebut.
Sebulan kemudian si cowok melakukan hal yang sama menduakan si cewek
lagi, minta maaf, balik lagi. Begitu saja terus sampai si cewek tumbuh jakun.
Ada?ohhh jelas ada. Tapi bukan soal si wanita yang tumbuh jakun lho yah yang
ada. Tapi soal pacaran yang putus nyambung seperti cerita tersebut yang ada.
Bahkan yang lebih parahnya lagi,
orang yang dengan beraninya menyakiti fisik pasangannya masih terima
berkali-kali. Tubuh yang lebam akibat pukulan sang pacar seolah tidak jadi
masalah. Biasanya sih yang jadi objek
penyikasaan fisik seperti itu adalah wanita. Berkali-kali dipukul, berkali-kali
pula minta maaf, dan berkali-kali pula pasangannya menerimanya kembali. Orang
yang suka menyakiti pasangan punya kelainan. Kelainan tersebut sebaiknya coba
disembuhkan jika memang bisa. Tapi jika tidak, ya jangan mau juga jadi bahan
pelampiasan dari penyakit kelainannya itu. Tahukah akhi dan ukhti, binatang
saja tidak mau dianiaya, dan bisa mengambil sedikit pelajaran kalau dirinya
telah dipukul sehingga tidak mau melakukan hal yang sama agar tidak dipukul
lagi. Masa kita yang manusia kalah sama hewan. Kalau hewan masih ada yang
terperangkap dalam jebakan yang sama ya harap maklum, namanya juga binatang,
otaknya tidak didesign secanggih dan sempurna manusia. Tapi kalau manusia yang
diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang sempurna masih terjebak dalam
perangkap yang sama, berarti....(jawab sendiri ya akhi dan ukhti)
“Namanya juga cinta, Mel. Segalanya
menjadi buta. Sesuatu yang abnormal bisa jadi wajar dan normal dimata kita yang
lagi kasmaran. Mau si pacar suka nyakitin kita juga tetep aja kita cinta”.
Wahai akhi dan ukhti, pada hakikatnya Allah menciptakan rasa cinta di hati
manusia bukan untuk saling menyakiti. Jika ada manusia yang saling menyakiti
satu sama lain dengan dalil cinta, itu bohong. Allah saja menganjurkan kita
untuk cinta kepada binatang dengan cara tidak menganiaya atau menyakiti binatang
tersebut, apalagi cinta kepada sesama manusia. Jika ada di antara akhi dan
ukhti yang saling menyakiti atas nama cinta, coba cek lagi, apakah benar
perasaan itu adalah cinta?
“Mel,
kita kan harus memberikan kesempatan kepada orang lain untuk berubah. Masa kita
gak boleh sih kasih kesempatan pada orang lain yang ingin berubah menjadi lebih
baik”. Ohhh jelas itu boleh. Semua orang
punya kesempatan untuk berubah. Saya tidak bilang bahwa orang yang bersalah
tidak boleh diberi kesempatan untuk berubah. Sekali dua kali orang melakukan
kesalahan adalah hal yang wajar. Tapi jika orang itu melakukan hal yang “tidak
baik” sudah melebihi dari batas wajar secara berulang kali kepada orang yang
sama, apakah akhi dan ukhti rela menjadi objek “sakit hati”-nya pasangan akhi
dan ukhti? Itu namanya nyiksa diri sendiri.
Cobalah
belajar untuk sayang pada diri sendiri. Sayang pada persaan dan badan sendiri. Jika akhi dan ukhti terlalu sering mengalami
perlakuan tidak menyenangkan dari pasangan , apalah arti hidup ini? Saya khawatir akhi dan ukhti mengambil
kesimpulan bahwa hidup ini hanya dipenuhi oleh rasa sakit dan tidak
berperikemanusiaan. Sehingga muncul
opini buruk seperti Allah tidak adik, hidup ini tidak adil, dunia ini kejam,
dan lain sebagainya. Muncul trauma yang sulit disembuhkan lalu mengambil
keputusan ekstrem untuk tidak menikah karena di dunia ini tidak ada orang yang
baik yang bisa dijadikan pasangan hidup. Jelas ini tidak dianjurkan dalam islam
karena bertentangan dengan sunnah Rasulullah. Naudzubillah, semoga kita bukan
termasuk dari kalangan orang-orang yang seperti itu.
Yukkk
akhi dan ukhti, mari kita belajar untuk menumbuhkan rasa cinta atas dasar takwa
kepada Allah. Cinta yang didasari ketaatan dan ketakwaan pada Allah tidak akan
menimbulkan kerugian. Tidak akan ada pihak yang tersakiti. Percaya? Harus
percaya donk. hehehe...
Saya hanya manusia biasa yang
sering melihat realita kehidupan dan menjadikannya sebagai pelajaran. Tulisan
ini tidak luput dari realita hidup yang terjadi disekitar kita. Saya hanya
mencoba menuangkan apa yang ada di fikiran saya. Tidak ada maksud untuk menggurui
pembaca. Dengan menulis saya berusaha untuk bisa berbagi pengalaman, ide,
cerita, dan ilmu. Mohon maaf bila ada
kata-kata yang tidak berkenan di hati, semoga Allah mengampuni dosa kita semua
dan menggantinya dengan limpahan rahmat dan kasih sayang. Aamiin.. :)
Syukron..
Komentar
Posting Komentar