Gokilnya Naik Gunung
Berpetualang di alam liar adalah hal yang menyenangkan
bagi sebagian orang. Dengan berpetualang, seseorang bisa mendapatkan kepuasan. Orang
yang merasakan hal itu salah satunya adalah saya sendiri. Saya tipe orang yang
senang mencoba hal-hal baru dan menantang. Ada kepuasan tertentu yang tidak
bisa dijelaskan dengan kata-kata ketika saya bisa berpetualang di alam liar. Dan saya juga yakin bagi
orang-orang yang punya jiwa petualang akan merasakan hal yang sama seperti yang
saya bilang.
Nahhh saya ingin cerita soal
petualangan pertama saya naik gunung pada tanggal 22-23 November 2014 lalu.
Meskipun gunung yang saya daki ini bukan gunung yang super gede, tinggi
menjulang, dan penuh tantangan seperti gunung Semeru yang begitu terkenal, tapi
bagi saya yang awam akan petualangan dunia alam liar merasa pendakian
gunung yang pertama kali saya lakukan
ini amat sangat berkesan. Kesan yang ditinggalkan begitu banyak, mulai dari
kisah perjalanan yang diselingi candaan teman-teman yang super gokil, sampai
pada saat sampai di tempat perkemahan dan tidur dalam satu tenda yang sempit
sebanyak 10 orang yang dipenuhi dengan gelak tawa. Semua terkemas dengan apik
dalam 2 hari petualangan.
Dalam petualangan ini saya jelas
tidak sendirian. Saya di temani 9 orang teman yang punya tingkat solidaritas
dan kebersamaan super tinggi. Jujur, saya belum pernah menemukan teman yang
sesolid dan sebaik mereka semua. Meski kebersamaan saya bersama mereka belum
genap sebulan, namun kekompakan itu terasa amat sangat kental. Seolah sudah
berteman bertahun-tahun. Mereka adalah Sumirah, Neneng Kartika, Lisna Bai
Sulistia, Mia Nurfatimah, Tubagus Syafatullah, Moh. Adi Kurniawan, Hikmat,
Yudi, dan Miftahul Rozak. Mereka adalah orang-orang punya jiwa kebersamaan
tingkat dewa. Masing-masing punya gaya dan kepribadian yang unik. Mulai dari
Sumirah yang pendiam gak banyak tingkah, Lisna dan Mia yang hiperaktif dan
mulut yang gak ada remnya, Rozak yang urat malunya udah putus karena gak bisa
berhenti ngelawak, Hikmat yang pendiam sama seperti Sumirah, Yudi yang pendiam
tapi kadang suka nyeletuk aneh gak jelas, Adi yang logat sundanya kental banget
bikin ngakak kalo dengar dia bicara dengan logat sunda, dan kata Mia bulu
matanya lentik kaya cewek jadi saya imbuhin tinggal dipakein lipstik dan bedak
juga cocok mangkal.hahaha peace Adi. Dan yang terakhir adalah si Tebe yang
kelihatan cool tapi tingkat humornya setingkat lebih hancur dari Sule. Nih anak
mungkin urat malunya digade kali buat beli bahan lawakan. Tiap hari ada aja
candaannya yang bikin saya dan teman-teman yang lain ngakak. Mulai dari sering
nyetel lagu kartun, sampe lagu madu 3 milik Ahmad Dani. Niruin suara Marsha and
The Bear, suara tokek yang disautin sama Rozak, gaya client klinik Tong-Fang,
gaya tersangka kasus penjualan bakso boraks, dan masih banyak lagi. Ini orang
bisa lah bikin grup duet lawak bareng Rozak. Pokoknya saya salut buat kalian
semua yang udah menambah pengalaman baru buat saya... :)
Udah ya perkenalannya, lanjut ke
cerita petualangan. Dalang yang punya ide naik gunung adalah Tebe. Dia yang
mencetuskan ide untuk pergi mendaki gunung Pulo Sari di Pandeglang. Awal
keberangkatan memang saya sedikit kecewa dengan sikap teman laki-laki yang
menurut saya kurang rasa tanggung jawabnya. Teknis keberangkatan jadi melenceng
dari rencana awal. Tambah lagi masalah dari mamang angkot yang bikin naik
darah. Alhasil, saya jadi bad mood. Saya tipe orang yang gak bisa
menyembunyikan perasaan. Jika lagi marah, ya saya tunjukan kalo saya lagi marah
dengan memasang muka BT. Selama perjalanan saya diam, gak mood bicara.
Senyumpun gak saya selipin sedikitpun di bibir saya. Itulah saya, saya gak mau
munafik. Jika saya merasa gak suka, saya tunjukan dengan sangat jelas di depan
orang-orang sekitar saya. Bukan maksud ingin dialem, tapi itu sudah tabiat
jelek yang tidak bisa dirubah. Jadi mohon dimaklumi.
Jujur aja disepanjang perjalanan
saya memang gerak cepat jadi mohon maaf untuk teman-temang yang ada di belakang
seolah saya terkesan egois. Bukan maksud meninggalkan, tapi saya lebih suka
gerak cepat dan kalo saya berhenti justru capek itu lebih terasa sehingga yang
ada rasa malas makin menjadi-jadi.
Marah saya gak lama kok. Gimana mau
lama, disepanjang jalan, teman saya yang
bersembilan ngelawak melulu. Pegel mulut saya nahan ketawa. Pas mereka ngelawak,
bibir saya gak kuat nahan senyum. Ada aja cerita lucu dari mereka, mulai dari Rozak
yang cerita takut sama tikus, padahal badan udah kaya superhero. Tebe yang
niruin suara Marsha and The Bear plus Tokek, ditambah semboyan “bakar aja
bakar” tiap ada yang nyeleneh, siapa coba yang bisa nahan ketawa? Ditengah
jalan kami bertemu dengan anak anjing. Saya yang punya pengalaman tidak
mengenakkan tentang anjing langsung siap siaga ambil batu. Tiba-tiba ada yang
nyeletuk “ah baru anaknya aja udah takut. Malah lucu kali anak anjingnya”.
Langsung dijawab sama yang lain “anaknya sih lucu, tapi kalo emak atau bapaknya
nongol masih mau bilang lucu?”. Saya jadi makin erat pegang batu yang ada
digenggaman saya tadi.
Sesampainya di kawah, bau
belerang tercium sangat tajam. Saya tidak bisa untuk tidak mengucap
subahanallah. Betapa dahsyatnya segala sesuatu ciptaan Allah. Kawah belerang
yang begitu menakjubkan ada di depan mata saya. Hawa air yang mendidih dari
kawah menimbulkan asap yang membumbung tinggi ke atas bercampur dengan kabut
pegunungan. Malah sebagian orang memanfaatkan asap kawah layaknya fasilitas
sauna. Aihhhh..haha lucu sih.
Sementara saya sibuk mengagumi
kawah ciptaan Allah, teman yang
laki-laki bersiap memasang tenda. Teman perempuan yang lain istirahat sejenak
sambil melihat-lihat daerah sekitar. Ternyata yang berkemah di sekitar kawah
lumayan banyak. Malah terbilang ramai. Saya kira akan sepi, tapi justru yang
buka lapak dagang makananpun lumayan lho. Awalnya ketika sampai di kawah, saya
dan teman-teman hendak mendaki sampai ke puncak, tapi berhubung cuaca mendung
dan kabut tebal sehingga ada pendaki lain yang mengingatkan untuk tidak
melanjutkan pendakian ke puncak karena khawatir ada sesuatu yang tidak diinginkan
jadi terpaksa pendakian ke puncak di tunda, dan akan dilanjutkan pada subuh
pagi esok.
Usai pasang tenda, kami makan.
Bagi yang bawa bekal makan nasi dari rumah masing-masing berbagi satu dengan yang lain. Berhubung kami
laparnya tingkat nasional, jadi yang laki-laki berinisiatif masak mie instan
dan nasi. Mie instan rebus dan goreng udah gak bisa di bedain,bumbunya dicampur
jadi satu. Walaupun makan hanya dengan lauk mie instan amburadul dan dialasi
dengan dedaunan yang dapat metik entah dari mana, tapi rasanya nikmat, sampe
gak tersisa. Malah kata Rozak kaya makanan resto saking enaknya.
Malamnya kami kumpul dalam satu
tenda yang sering dipakai anak pramuka kalo lagi berkemah. Tahu kan? itu lhoo
yang bentuknya prisma segi tiga. Laki-laki dan perempuan digabung jadi satu. Harap
tidak berfikiran yang negatif soal hal ini. Kebetulan badan kami yang wanita
kecil-kecil jadi gak ngabisin banyak tempat. Kami berkumpul bercerita dan
curhat. Saling mengeluarkan unek-unek dan mengucapkan maaf jika selama pelatihan
punya banyak salah. Saya tidak lupa untuk menceritakan alasan kenapa saya diam
sepanjang perjalanan. Mereka yang laki-laki mengakui kesalahan mereka dan meminta
maaf. Itu sudah cukup bagi saya. Intinya mereka adalah teman laki-laki yang
baik, hanya Allah belum mengizinkan mereka untuk bisa mewujudkan rencana yang
sudah mereka susun kemarin.
Paginya teman-teman sibuk cerita
soal Hikmat yang masuk angin. Saya
memang tidak begadang malam itu. Rasa
lelah yang teramat sangat ditambah keadaan tubuh yang kurang fit membuat saya
cepat ngantuk dan mudah untuk tidur. Berbeda bagi beberapa teman yang lain,
mereka sulit tidur. Diantaranya Lisna dan Neneng. Mereka berdua susah tidur
saat malam itu. Ternyata ada hikmahnya mereka gak tidur karena Hikmat sedang
masuk angin, jadi butuh bantuan untuk dikerok. Malam-malam, di tengah
kegelapan, Hikmat dikerok dengan balsem dan duit receh plus bantuan cahaya
senter. Hasilnya “merah”, dan terbukti kalo Hikmat masuk angin. Yang lucunya
lagi, peristiwa ini malah di videoin. Gokil.. :D
Saat subuh, keadaan tubuh saya
semakin tidak enak. Sakit badan akibat kelelahan dan dingin yang luar biasa
bagi saya sungguh membuat saya tidak bisa ikut mendaki ke puncak gunung Pulo
Sari. Padahal saya sangat ingin sekali ikut ke puncak. Tapi apa daya, mungkin
Allah belum berkehendak. Akhirnya teman-teman saya yang lain berdelapan pergi
mendaki. Neneng tidak ikut mendaki karena sudah pernah mendaki ke puncak gunung
Pulo Sari sebelumnya.
Selama ditinggal pergi ke puncak
oleh teman-teman yang lain, saya dan Neneng berinisiatif masak nasi dan mie
untuk mereka yang mendaki puncak. Akibat tidak membawa kompor, jadi kami pakai
tungku yang disusun dari batu dan kayu ala kadarnya. Berhubung cuaca lembab, kayu
yang kemarin sore bisa dipakai justru menjadi basah dan gak bisa dinyalahkan
oleh api. Alhasil minyak tanah hampir habis tapi beras masih jauh dari kata
matang. Saking frustasinya karena api
tidak kunjung menyala maka saya danNeneng nekad pergi ke kawah belerang untuk
memanfaat kan panasnya hawa asap kawah untuk memasak nasi dan mie. Hasilnya
keren lhoo.heheh. Mie instant yang ditaruh
di atas lubang kecil di kawah belerang itu matang. Padahal hanya asapnya doank
lho. Subhanallah, Allah lah yang menciptakan alam begitu lengkap dan
sempurnanya hingga seperti itu. Bahkan saya tidak sanggup membayangkan
bagaimana kelak siksaan api neraka yang dahsyatnya berlipat-lipat dari panas
kawah belerang itu. Naudzubillahimindzalik, mudah-mudahkan kami semua terhindar
dari siksaan api neraka dan Allah mengampuni dosa-dosa kami. Aamiin..
Hawa asap yang berasal dari kawah
membentuk embun di wajah saya dan Neneng. Berhubung saya memakai jilbab jadi
asap itu tidak mengenai rambut saya. Berbeda dengan Neneng yang tidak memakai
jilbab sehingga asap itu mengenai rambutnya dan membentuk embun yang jelas
terlihat putih dirambut kepala, alis dan bulu matanya. Saya cekikikan melihat
Neneng penuh dengan embun. Masak di kawah bener-bener gak gampang seperti yang
dilihat. Asap belerang yang tebal membuat saya dan Neneng sulit melihat dan
nafas. Di tambah hawa panas yang dikeluarkan oleh kawah membuat saya dan Neneng
kuwalahan mencari posisi yang enak untuk tetap menjaga mie dan nasi yang sedang
dimasak. Terkena asapnya saja tangan terasa terbakar api. Saking bingung dan
ruwetnya, Neneng nyenggol air yang sudah matang. Alhasil air itu menyiram kaki
saya. Loncat sambil gegibrik (jingkrak-jingkrak
gak karuan) plus ngusap-ngusap kaki adalah hal yang spontan saya lakukan saat
itu. Saya lari turun kebawah, menjauhi daerah kawah sambil komat-kamit baca
istighfar. Panas dan perih yang saya rasakan. Tapi Alhamdulillah tidak
berakibat fatal. Perih dan panasnya hanya sebentar. Saya tetap bisa balik ke
kawah untuk ambil mie dan air serta nasi untuk di bawa ke tenda.
Akibat saya tersiram air panas
hasil rebusan asap kawah belerang, saya
dan Neneng turun dan kembali ke tenda kemah. Walaupun beras yang dimasak belum
matang, kami terpaksa bawa turun, karena tidak kuat berlama-lama dengan hawa
panas di daerah kawah. Malang nian nasib beras itu, dibawa kesana kemari tetap
tidak matang juga. Nyalahin tungku pun tetap gak menyalah. Putus asa, akhirnya
saya dan Neneng masuk tenda dan tidur.
Saya bangun pukul 8 lewat.
Teman-teman yang mendaki puncak sudah turun.
Mereka kelaparan kaya anak ayam..hehehe. Mie yang saya masak di kawah
tampilannya membengkak, tapi tetap itu adalah makanan terenak yang kami punya.
Nasi yang dimasak hasil meminjam kompor tetangga sebelah akhirnya matang juga,
ya walaupun tidak matang sempurna. Nasinya lembek dan masih ada yang keras.
Walaupun begitu, semua makan dengan
lahap. Bahkan ada satu mie yang belum ke masak akhirnya dimakan dengan cara
diremas-remas dan ditaburi bumbu layaknya bocah SD. Tetap semua terasa nikmat
bak makanan resto ceuna si Ozak mah..haha.
Usai makan, kami siap-siap untuk
turun gunung. Perjalanan turun gunung memang tidak secapek saat naik gunung.
Namun tetap aja membuat kaki terasa mau patah. Kaki saya gemeteran karena nahan
sakit. Tapi karena terbawa semangat untuk turun dan pulang, maka sakit kaki
tidak begitu menjadi masalah. Saat sampai di bawah rasanya lega sekali. Semua
perjuangan terbayar.
Yang paling semangat pulang mah
si Tebe. Dia yang biasanya ada dibelakang nemenin teman-teman cewek yang
kelelahan, ini malah ngucluk aja gak pake rem, labas gak lihat-lihat kebelakang
kaya tukang ojek kejar setoran, ngebut mah. “kangen mamah lah, pengen cepet
pulang” kata si Tebe. Ketawan anak mamih nih bocah.. :D
Turun dari gunung, kami gak
langsung capcus pulang. Tugas selanjutnya adalah bersihin tenda. Tenda hasil
pinjaman itu harus dicuci, kan gak enak pinjam dalam keadaan bersih eh
pulangnya kotor. Ternyata Hikmat punya tempat yang bagus banget buat nyuci
tenda. Entah apa nama tempatnya. Suasananya mirip keraton kaibon yang ada di
Banten Lama. Ada pohon beringinnya juga, dan di bawah pohon itu ada kolam air
yang airnya jernih banget. Bahkan kata si Hikmat bisa diminum. Si Tebe yang
entah karena jiwa penasaran apa emang kehausan, malah beneran minum tuh air.
Kata si Tebe “enak”. Apa aja juga enak bagi si Tebe mah, padahal itu air bekas
keringet si Rozak plus semburan sikat giginya si Yudi. Hahaah kocak!!! :D
Beda lagi sama Rozak yang
kayaknya nih anak gak pernah nemu air atau kolam di daerahnya, begitu lihat
kolam jernih langsung buka baju dan nyebur. Bukannya bantuin nyuci tenda malah
kecepak-kecepek di kolam kaya bocah baru nemu kolam air. Malah nih anak
mencetuskan ide untuk buka lapak usaha kolam renang. Ampun dah si Rozak mah.
Ujung-ujungnya yang turun buat nyuci tenda adalah Neneng, Mirah, Tebe, dan Mia.
Saya gak bisa nyebur karena gak bawa baju ganti. Si Yudi sempat nyebur ,tapi
pas kena air dia bilang dingin,ehh naik lagi ke atas buat ganti baju.
Gubrak!!!!!
Si Tebe yang sedari awal pengen
cepet pulang nyeletuk “wehh udah cepetan nyucinya. Kangen mamah nih, udah
dibikinin susu Dancow sama mamah”. Ketawa langsung pecah dari saya dan
teman-teman yang lain dengar celetukan Tebe.
Belum berhenti kita ketawa, eh dia ngeralat omongannya tadi “eh bukan
dancow gitu, susu L-Men”. Gubrak!!!!!!
Nah pas di jalan pulang menuju
pasar di daerah pandeglang, si Adi yang selama ini cuma jadi penonton dari
lawakan Tebe dan Ozak, kali ini nunjukin jati dirinya sebagai orang pandeglang
sejati. Wiiiihhhh Adi, Cieeee yang orang pandeglang. Hehehe. Nih bocah
diem-diem ternyata punya naluri kaya tikus yang bisa nyari jalan-jalan
setapak/gang yang gak dipantau oleh polisi. Kenapa kami menghindari polisi?
Pertama, saya dan teman-teman cewek yang lain gak pada pake helm. Ditambah si
Adi yang boceng 2 cewek yaitu si Neneng dan Lisna karena Hikmat gak bisa bantu antar saya sampai pasar karena
sakit, jadi terpaksa yang awalnya si Neneng dibonceng Tebe harus dioper ke Adi
biar bisa ditumpuk tiga sama Lisna.
Mungkin badan saya yang agak lebih sedikit berisi dibanding Lisna dan
Neneng sehingga bukan saya yang dioper buat di tuti. Atau mungkin takut saya
marah lagi kaya kemarin-kemarin karena gak sesuai dengan rencana awal lagi?
Hayoo mana nih yang bener ?
Ada yang lucu di perjalanan
pulang saat menuju pasar. Saya senyum-senyum ngelihat Adi yang badannya kecil
imut ngebonceng 2 cewek yang badannya gak jauh beda dari Adi sendiri. Jadi inget
lagu madu 3 yang biasa diputer si Tebe di kelas. Mungkin orang di jalan pada
berfikir “wahh ieu budak jago pisan, badan leutik, awewena mah dua. Canggih
euy..” hahaa hidup Adi lah pokokna mah. Nyah, Di? :D
Cukup disitu cerita saya selama
petualangan naik gunung. Saya dan Mirah punya cerita berbeda saat pulang menuju
rumah. Saat pergi, saya dibuat kesal sama mamang angkot daerah Pandeglang
karena supir angkot itu mau coba membodohi saya dan teman wanita yang lain. Ehh
pas pulangnya juga saya dan Mirah dibuat
naik darah sama supir angkot. Gimana tidak, setiap orang punya hak toh untuk
pilih-pilih angkot yang mau dinaiki.
Mirah ingin angkot yang sedikit
agak luas, maklum kecapean jadi ingin selonjoran sedikit kakinya. Ada angkot
yang sudah penuh menawarkan diri. Bagi saya sih tidak masalah yang penting bisa
sampai tujuan. Tapi Mirah tidak mau. Jadi ya sudah saya menurut aja sama Mirah.
Ternyata si supir angkot marah
kami tolak tawarannya. Alhasil supir angkot ini tidak mau pergi dan malah
nungguin saya dan Mirah sampai mau naik. Padahal di angkotnya itu sudah penuh.
Parahnya, saat saya dan Mirah ingin naik angkot lain, eh si supir angkotnya ini
malah menghalangi angkot-angkot yang lain untuk tidak memberi tumpangan kepada
saya dan Mirah. Sampai-sampai supir angkot ini hendak menambrak Mirah saat
mencoba menghalangi Mirah untuk naik angkot. Dan malah turun dari angkot lalu
mencaci maki saya dan Mirah. Dia bilang “Neng, dimana-mana angkot mah penuh.
Kalo mau yang luas naik mobil pribadi. Jangan belagu”. Mirah jawab “Bang, udah
sih pergi sana, antar tuh penumpang kamu. Udah penuh begitu masih aja ngejar penumpang
yang cuma dua orang” . Ehhh si supir angkot sarap ini malah ngejawab “Biarin
penumpang saya turun, saya tungguin kalian berdua sampai naik angkot saya.
Sampai malam juga saya tungguin. Saya halangin angkot lain supaya kalian berdua
gak bisa pulang”. Astaghfirullah...saya cuma mengelus dada nemuin supir angkot
yang seperti itu. Baru kali ini saya temui supir angkot yang gak punya etika
sama sekali. Saya rasa dia punya gangguan jiwa.
Hingga pada akhirnya tuh supir
angkot capek sendiri marah-marah sama saya dan Mirah dan pergi dengan
tumpangannya yang sedari tadi ngelihatin saya dan Mirah. Malunya bukan
kepalang, saya jadi tontonan penumpang angkot yang rata-rata ibu-ibu. Mirah
bahkan berniat melapor ke polisi jika sampai ada apa-apa. Ada ya mamang angkot
yang seperti itu? Ckckckck..hanya demi uang 10.000 rupiah aja dia marah-marah
sama dua wanita yang gak mau naik angkotnya. Ampuni dosanya dan bukakan pintu
hatinya ya Allah. Aamiin..
Cerita unik yang
saya dan teman-teman alami selama dua hari itu memberikan pengalaman baru yang
tidak terlupakan. Terima kasih buat teman-teman semuanya,semoga pertemanan kita
bisa tetap terjalin. Tetap berkomunikasi dengan baik satu sama lain, dan saling
memberi kabar. Kapan-kapan jika ada waktu kita harus bisa berkumpul kembali,
tertawa bersama dan bertukar cerita. Bye, I’ll miss you all.
Thanks...
mantep banget ini ceritanya.. haha lucu lagi. lanjutkan karyanya...
BalasHapusJadi kangen 😄
BalasHapus