Hambanya Uang Atau Hambanya Allah?
Assalamualaikum, akhi dan ukhti.
Semoga hari-hari kita selalu diisi dengan kegiatan yang positif dan mendapat
ridho dari Allah SWT. Aamiin..
Di Zaman yang serba modern
seperti sekarang ini kebanyakan orang mengeluh betapa susah hidup yang
dijalaninya. Mulai dari kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat dengan biaya hidup
yang membengkak pula, tidak jarang kita melihat atau mendengar tindakan
kriminal yang dilakukan oleh orang lain. Semua berawal dari benda yang tersusun
dari 4 huruf dan terangkai menjadi satu
kata, yaitu UANG.
Hamba-hamba Allah beralih status
menjadi hambanya UANG. Segala sesuatu bergantung dengan uang. Hingga saya
berfikir untuk memelesetkan pepatah ‘Dimana ada kemauan, disitu ada jalan’
menjadi ‘Dimana ada uang, disitu ada jalan’. Ya tentu saja kalimat
tersebut tidak selalu sesuai kenyataan, tapi ada beberapa hal yang memang
sejalan dengan pepatah ngawur tersebut.
UANG, kata yang simple, mudah
diucapkan, tapi susah untuk didapatkan. Umat manusia berlomba-lomba dalam
segala hal untuk bisa mengantongi benda yang secara fisik berukuran kecil namun
memilki nilai yang tidak sebanding dengan bentuk fisiknya. Demi benda tersebut,
orang bertaruh nyawa, bertaruh nama baik, bertaruh harga diri, bertaruh gengsi,
bertaruh segalanya. Tidak ada UANG, ya tidak makan. Tidak ada UANG, ya tidak
bisa hidup. Canggih sekali benda yang satu itu, bisa menjadi barometer pengukur
hidup atau tidaknya seseorang. Wah, memangnya siapa benda itu? Allah kah? Tuhan
kah?
Seorang perampok, pengedar
narkoba, pembunuh bayaran, preman, rela bertaruh nyawa, harga diri, dan nama
baik demi mendapatkan uang. Mereka rela menjalani pekerjaan kotor mereka,
pekerjaan yang tidak halal, pekerjaan yang hanya mendatangkan azab Allah,
pekerjaan yang hanya membawa kesengsaraan untuk dirinya dan keluarganya, pekerjaan yang hanya memberi
pengaruh negatif bagi dirinya maupun orang lain, semua hanya demi UANG. Pernahkah
mereka berfikir untuk berlaku yang sebaliknya? Bertaruh nyawa dan segalanya
untuk berjihad di jalan Allah?
Alangkah hebat dan mulianya orang
yang berani bertaruh segalanya demi berjihad di jalan Allah. Hal itu lebih baik
dilakukan, dari pada hanya membuat kerugian pada diri sendiri dan juga keluarga
hanya untuk benda yang bahkan sama sekali tidak bisa membantu di akhirat jika
tidak digunakan secara bijak.
Uang memang bisa mendatangkan
kebahagiaan bagi seseorang. Ketika seseorang mempunyai uang, dia bisa membeli
apa saja yang dia mau, apa saja yang dia butuhkan, dan bahkan yang tidak
dibutuhkan pun bisa dia beli dengan cuma-cuma. Uang memilki dua peran yang
berbeda. Satu sisi uang bisa berperan positif, namun disisi yang lain dia mampu
pula berperan negatif dalam kehidupan manusia.
Sekarang, jika seandainya di antara
akhi dan ukhti memiliki harta yang berlimpah, apa yang hendak kalian lakukan?
Menabung untuk masa depan? Menghabiskannya untuk belanja dan bersenang-senang?
Menggunakannya untuk berinvestasi? Atau menggunakannya untuk berjihad di jalan
Allah? Pasti semua ingin bisa menggunakan harta tersebut untuk pilihan yang ke
tiga kan? Saya juga begitu. Bagaimanapun, pada hakikatnya manusia adalah
makhluk sosial yang ingin berbuat baik. Tapi apakah yakin kita mampu menjalani
pilihan tersebut?
Benda kecil yang memiliki bentuk
fisik berupa logam maupun kertas ini merupakan salah satu godaan terbesar dalam
kehidupan manusia. Pernah dengar kalimat ini kan : Godaan terbesar bagi seorang laki-laki adalah harta, tahta dan wanita. Uang
termasuk dalam golongan harta, dan ternyata hal kalimat tersebut bukan hanya berlaku
bagi laki-laki, namun juga bagi kaum hawa. Kecuali poin yang ke tiga. Eh tapi
jangan salah, poin yang ke tiga bisa jadi sebagai godaan terbesar bagi kaum
hawa yang tidak normal. Tahukan maksud saya?
Ketika seseorang memilki harta
berlimpah berupa uang dan berniat untuk menggunakannya di jalan Allah, godaan
datang bak banjir bandang. Bisikan setan bagaikan aliran air banjir yang deras yang menghanyutkan sebagian fikiran manusia.
Fikiran baik dan niat mulia manusia yang sedari awal berdiri kokoh membentengi otak dan
hati manusia akan hanyut terbawa derasnya aliran godaan setan kemudian akan
tergantikan oleh niatan buruk yang lebih menggiurkan dari segi kehidupan
duniawi. Uang yang ada, justru malah berbalik haluan untuk menyenangkan manusia
untuk sesaat.
Bagi laki-laki terkadang
menggunakan hartanya untuk memikat wanita.
Uang yang ada digunakan untuk memenuhi kebutuhan pribadi , semisal membeli
kebutuhan untuk mejeng. Beli motor atau mobil mewah dengan harga fantastis agar
bisa terlihat elegan, cool, smart, dan penuh wibawa. Belum lagi untuk
memanjakan wanita idamannya dengan berbagai macam kebutuhan yang super duper
istimewa. Contohnya, membelikan apartemen mewah, mobil sport, perawatan tubuh
yang canggih, tas-tas branded, baju dengan model terbaru dan merek ternama yang
harganya sanggup untuk membiayai makan fakir miskin satu kelurahan.
Bagimana dengan wanita? Contoh di
atas sudah mewakili sikap wanita yang sudah tergiur dengan harta berlimpah. Ya,
benar, wanita akan cenderung memanjakan diri sendiri dengan berbagai kebutuhan
yang tidak biasa. Lihatlah artis-artis top yang sudah kebanyakan uang? Apa yang
mereka lakukan? Beli barang mewah, beli mobil yang harganya selangit, pergi ke
tempat-tempat perawatan tubuh yang canggih, dan lain sebagainya. Untuk
beramal? Wallahualam...mungkin mereka
beramal di luar sana tanpa sepengetahuan orang banyak. Bagaimanapun juga, tetap
kita harus berfikiran positif pada orang lain. Husnudzan kepada sesama.
Para
pejabat bagaimana? Ya, kita lihat saja sendiri pada kenyataannya bagaimana
pejabat-pejabat nakal yang tidak bertanggung jawab itu menggunakan harta dan
tahtanya di dunia yang fana ini. Tidak perlu toh saya jabarkan panjang lebar?
Saya yakin akhi dan ukhti tahu bagaimana menilai orang lain tanpa menjudge secara
berlebihan. Tidak semua pejabat memiliki citra yang buruk di masyarakat. Ada
juga pejabat yang bersikap dan berkehidupan yang sewajarnya dan semestinya.
Mereka adalah orang-orang hebat yang bisa bertahan di tengah-tengah derasnya godaan
setan. Subhanallah..
Menggunakan
harta untuk berjihad di jalan Allah memang tidak mudah jika tidak disertai niat
dan iman yang kuat. Kenapa harus niat dan iman? Niat saja tidak cukup, karena
niat akan bisa berubah seiring dengan datangnya godaan setan. Tetapi jika niat dibarengi
dengan iman yang kuat, keduanya akan bisa berjalan beriringan menuju jalan
Allah.
Alangkah
indahnya hidup kita jika bisa menggunakan harta kita yang berupa uang untuk
keperluan agama Allah. Contohnya, membangun masjid, memberi makan fakir miskin,
membantu kehidupan anak-anak yatim, membayar zakat dengan ikhlas, mendirikan
sekolah berbasis agama Allah, dan lain sebagainya. Akhi dan ukhti tahukan jika
salah satu pahala yang mengalir tanpa putus ketika manusia mati adalah amal
jariah? Nah..jika kita bisa mendirikan masjid atau sekolah dengan harta yang
kita miliki maka insyaAllah pahala yang kita dapat akan terus mengalir kepada
kita di akhirat kelak selagi bangunan tersebut mampu mendatangkan manfaat bagi
orang lain. Enakkan? Meskipun kelak kita telah tiada di dunia, kita tetap bisa
memberikan manfaat untuk orang lain disertai pahala yang mengalir dan
insyaAllah dapat meringankan dosa-dosa kita selama hidup di dunia. Aamiin..
Wahai
akhi dan ukhti, janganlah kita menganggap uang sebagai Tuhan. Harta atau uang
bukanlah jaminan untuk bisa hidup bahagia. Bukan kah kita sudah sering lihat
tidak sedikit orang yang sengsara jutru ketika mereka kelebihan harta? Uang
terkadang membuat seseorang berikap individualistis. Dengan sikap yang
individual tersebut, orang yang kaya dengan harta berlimpah justru tidak
memiliki banyak teman, mereka hidup bagaikan seorang diri. Ketika ada orang
yang mau berteman dengan mereka yang kaya justru orang tersebut hanya ingin
memanfaatkan kekayaannya semata. Bukankah itu kejam? Walaupun orang kaya bisa
menggunakan hartanya untuk membeli semua kebutuhan duniawi, dan merasa bahagia
sesaat, tapi uang tidak akan mampu membeli kebahagiaan akhirat. Ingat, Allah
tidak pernah mengukur hamba-Nya dengan uang. Kaya atau miskin, yang Allah lirik
adalah ketaqwaannya. Dunia bisa ditipu dengan uang, tapi akhirat, jangan pernah
berharap kita bisa menipunya.
Yuk, akhi dan ukhti, mari kita
sama-sama mengingatkan kepada orang-orang yang ada di sekitar kita, baik itu
keluarga, teman, atau pun tetangga untuk lebih bijak dalam menggunakan harta
mereka. Gunakanlah harta yang kita miliki untuk sesuatu yang bermanfaat bagi
orang banyak, bukan hanya untuk diri sendiri. jika kita hanya berambisi untuk
memenuhi kebutuhan pribadi, maka saya jamin itu tidak akan pernah ada habisnya
dan kita tidak akan pernah puas. Dan janganlah kita bercita-cita menjadi orang
kaya tapi tidak memberi manfaat untuk orang lain, mending bercita-cita menjadi
orang yang cukup dan sederhana namun bisa memberikan manfaat kepada sesama.
Dengan begitu kebaikan kita akan dikenang oleh orang lain. Walaupun manfaat
yang kita berikan itu kecil, tapi sedikit banyak pasti orang lain akan
mengingatnya. Pilih mana, menjadi orang kaya tapi dibicarakan keburukannya,
atau sederhana tapi dibicarakan kebaikannya?
Saya
hanya manusia biasa, saya juga bukan orang yang banyak harta yang sudah berhasil membagun masjid atau sekolah
seperti yang saya contohkan, tapi saya ingin bisa melakukannya untuk
kepentingan bersama di dunia dan kepentingan pribadi di akhirat. Semoga kita
semua bisa menjadi manusia yang bisa memberi manfaat kepada sesama. Aamiin..
Syukron.. :)
Komentar
Posting Komentar