Pengaturan Cinta
Assalamualaikum,
akhi dan ukhti. Bagaimana kabarnya hari ini? Ibadahnya? Semoga kita tetap istiqomah
menjalani aktivitas yang positif dan bernilai ibadah di mata Allah SWT. Aamiin..
Sudah lama ya
tidak bahas soal cinta? Niiihhh sekarang saya mau bahas tentang cinta dari
pengalaman pribadi saya. Semoga bisa memberikan sedikit inspirasi bagi akhi dan
ukhti.
Beberapa teman
saya suka nyeletuk “Mel, loe gak punya hati ya, ga bisa ngerasain cinta?”. Saya
jawab “Ya punya atuh, emang kenapa?”. “Selama ini gue gak pernah ngelihat loe
galau mikirin soal cinta atau galau soal cowok. Hidup loe happy-happy aja
perasaan. Kemarin katanya abis putus, tapi muka loe sama sekali gak ada muka
sedih atau bete. Heran gue”, lanjut mereka.
Saya tertawa
mendengar celetukan mereka. Sebagai seorang wanita biasa, saya tetap diberikan
rasa cinta terhadap sesama manusia, terkhusus rasa cinta terhadap lawan jenis.
Allah menganugerahkan rasa cinta kepada saya sebagaimana Dia menganugerahkannya
kepada hamba-Nya yang lain. Namun, rasa cinta yang Allah berikan kepada saya
itu saya kelola sebaik mungkin dengan urutan: cinta kepada-Nya, Rasul-Nya,
orang tua, sahabat , dan ‘pasangan’. Urutan tersebut masih dalam proses
perbaikan sehubungan dengan iman saya sebagai manusia yang naik turun. Semoga
saya bisa menerapkannya secara kaffah. Aamiin..
Cinta kepada mereka semua punya porsi
masing-masing. Saya taruh kata ‘pasangan’ di akhir karena memang porsinya hanya
sedikit, selama dia belum sah jadi milik saya seutuhnya baik di mata agama dan
negara. Faham kan maksud saya? Lain lagi jika sudah sah, cinta terhadap ‘pasangan’ akan saya tempatkan diurutan ketiga
setelah Allah dan Rasul-Nya, karena hakikatnya sebagai seorang perempuan surga
saya terletak pada Imam saya setelah menikah nanti. Imam saya lah kelak yang
akan mengambil alih tanggung jawab yang dipikul oleh orang tua saya. Dia yang
akan sepenuhnya menjaga dan membimbing saya menuju ridho Allah. Dia yang akan
menjadi satu-satunya laki-laki yang akan saya patuhi perkataannya selama masih
dalam koridor islam. Dia yang akan saya cium tangannya dan menunduk patuh akan
apa yang dia minta. Dia yang akan saya suguhkan senyum manis saat lelah
sepulang kerja. Dia yang berhak mendapatkan pelayanan sempurna dari saya sebagai
seorang istri, dan lain sebagainya. (so sweet banget, Mel.. ) :)
Bukannya saya
sok suci bisa berbicara seperti diatas. Jujur saja, sebelum saya sadar dan
mengerti banyak hal seperti saat ini, saya pernah mengalami masa-masa jahiliyah
alias masa-masa alay, malu sendiri kalau mengingatnya. Nahh salah satu tindakan
bodoh yang saya sesali sekarang ini adalah pernah menjalani hubungan seperti
remaja lainnya yang disebut ‘pacaran’.
Sebagai manusia yang tidak sempurna, tempatnya salah dan khilaf, dan
sebagai remaja normal yang ikut terbawa
arus modern saya sempat melanggar aturan pencipta saya yang melarang hubungan
seperti demikian dengan dalih masih dalam koridor islamlah, masih sewajarnyalah,
dan lain-lain. Padahal apapun alasannya, pacaran tetap dilarang oleh Allah.
Maklum masih labil, hehe.. :) . ( ampuni
Melan ya Allah.. udah tau dilarang masih melanggar ).
Disini saya
tidak ingin membahas soal pacaran itu sendiri, tapi saya ingin membahas sikap
galau dan cinta yang berlebihan remaja zaman sekarang kepada pasangan mereka.
Ada yang sering nangis gara-gara putus, padahal sendirinya yang mutusin. Ada yang
tidak rela di putusin sampe ngemis-ngemis minta balik lagi. Ada yang cintanya
berlebihan sampai-sampai sibuk pasang status hubungan, tunangan, bahkan menikah
di jejaring sosial seperti facebook. Pasang status mesra nan menggoda manja seperti
“aku sayang kamu, aku cinta kamu, met bobo cayang, pengen sama kamu terus, aku
cinta kamu ayah, aku sayang kamu bunda” dan lain sebagainya. Aduhhhh..jujur
saya risih dan bahkan geli sendiri jika membaca postingan seperti itu.
Tidak bisa
dipungkiri sikap seperti diatas sebagian besar akibat tren film percintaan
remaja yang super alay yang mereka tonton. Tahulah ya maksud saya yang mana? Selain
itu munculnya lagu-lagu galau yang berisi kata-kata nan menyedihkan menyayat
hati, yang jika didengar oleh mereka yang sedang putus cinta justeru semakin
membuat air mata mereka mengalir seperti air mancur. Semua itu menambah daftar
remaja berpenyakit galau.
Belum lagi
fenomena mengumbar kemesraan lewat foto yang mereka posting di berbagai media
sosial. Gaya bibir manyun, gaya nempel kaya perangko, gaya cium jidat dan lain
sebagainya. Tidak malu kah mereka mengumbar kemesraan sedemikian alaynya? Orang
yang sudah menikah saja kadang masih malu mengumbar foto seperti demikian, masa
mereka yang hanya sebatas pacar saja tidak malu? Tidak kah mereka memikirkan
opini orang lain di luar sana? Pasti jawaban mereka “bodo amat, yang pacaran
gue ini. Anjing menggonggong, kafilah berlalu” . Ya.. begitulah rata-rata
jawaban mereka. Wajar, karena saat cinta bersemi di hati mereka dunia ini hanya milik mereka
berdua. Makhluk lain hanya rerumputan yang bergoyang, tak dihiraukan.
Saya tidak
menyalahkan sikap seperti di atas, karena itu hak setiap orang. Cinta yang
datang tidak bisa disalahkan, karena itu perasaan yang sudah Allah ciptakan
untuk masing-masing hamba-Nya. Hanya saja pengelolaan cinta mereka yang belum
sesuai.
Nahh..wacana di
atas sudah sedikit menjawab celetukan beberapa teman saya tadi. Selanjutnya ingin saya paparkan di paragraf
ini. Kenapa saya bisa happy saja hidupnya tanpa di pusingkan urusan cinta? Gak
galau-galauan, menangisi dan bersedih ketika putus? Dan bisa tampil riang
seperti tidak punya rasa cinta kepada lawan jenis, seolah saya ini hanya robot.
Wahai teman,dulu
saat masih alay, labil, berpola fikir kekanak-kanakan, begini saya menghadapi
soal cinta. Pertama, saya tempatkan perasaan cinta saya untuk ‘dia’ yang belum
sah bagi saya diurutan terakhir, karena saya tidak mau membuang seluruh cinta
saya yang berharga hanya untuk laki-laki yang belum tentu kelak menjadi imam saya.
Saya menjalin hubungan dengan lawan jenis dengan memberikan cinta sewajarnya
saja. Anda gambarkan saja sendiri posisi perasaaan cinta saya seperti apa terhadap
pacar jika ditaruh di bawah sahabat. Cinta yang saya berikan cukup simple.
Simple yang saya maksud disini adalah santai saja, enjoy seperti berteman. Jadi ketika saya putus, saya tidak merasa
kecewa, galau, uring-uringan, dan lain sebagainya. Saya bisa move on dalam waktu sehari setelah
putus. Move on disini bukan berarti saya bisa dapat pacar baru lagi setelah
putus dalam jangka waktu secepat itu, tapi saya dapat dengan mudah kembali
berhubungan seperti berteman biasa dengannya tanpa memikirkan hubungan yang kemarin.
Ga percaya? Ya itulah saya.. :)
Kedua, saya
adalah wanita yang paling anti dipandang remeh oleh lelaki. Bagaimanapun
keadaan fisik saya, keadaan ekonomi saya, dan pendidikan saya, saya paling
tidak mau ada laki-laki yang memandang saya dengan sebelah mata. Saya sangat
marah jika ada laki-laki yang berani memandang saya sebelah mata, meremehkan,
dan menganggap saya sebagai wanita biasa tanpa ada sesuatu yang spesial. Jika
bercanda soal keadaan fisik, misal, ah dasar pesek loe, pendek loe, item loe,
Itu saya anggap candaan semata. Fisik saya adalah ciptaan Allah, jika dia
menghina saya itu artinya dia meremehkan Allah.
Tapi jika ada yang mengatakan sesuatu yang menyiratkan bahwa saya wanita
yang murahan atau mengejek keluarga saya, saya tidak akan segan-segan menyerang
balik dengan kata-kata yang lebih pedas, dan menusuk pada laki-laki tersebut.
Saya berhak marah karena menyangkut pribadi saya dan keluarga. Apapun
alasannya, saya tidak mentolerir laki-laki yang memandang remeh saya jika sudah
menyangkut nasab, agama, dan kepribadian saya.
Karena saya
amat menjaga harga diri saya di mata laki-laki, saya tidak mau membuang
kata-kata manis saya, menangisi, meng-galaukan, meratapi laki-laki yang bukan
siapa-siapa saya. Coba Anda nilai sendiri, apa yang ada ada di fikiran Anda
jika ada orang yang sibuk memosting
kalimat-kalimat sakit hati dan meratap seperti perlu dikasihani, meminta diperhatikan oleh laki-laki atau
wanita yang bukan jodohnya di media sosial? Saya tidak akan menjawab sendiri,
biar pembaca yang menilai.
Saya bisa bersikap
biasa dan rileks saat putus. Kenapa? Karena saya berfikir begini : masih banyak hal penting yang perlu saya
fikirkan dan saya rancang untuk masa depan saya. Tidak ada gunanya menangisi
dan galau urusan cinta. Lebih baik saya melakukan hal positif yang lebih
bermanfaat. Saya tidak mau membuang waktu saya yang berharga hanya untuk
memikirkan hal yang sangat tidak penting bagi hidup saya.
Kesannya memang
sombong dan sok kuat bahkan seolah tidak punya hati. Terkesan mudah jika hanya
diucapkan lisan, namun susah dilaksanakan. Tapi sekali lagi, coba Anda tanamkan
kalimat positif yang sudah saya tulis tadi. Kalimat tersebut sudah saya
tanamkan dalam mindset saya. Saya yakin jika kita niat untuk melakukan sesuatu
yang positif dan dibarengi dengan fikiran positif pula semua yang negatif akan
hilang dengan sendirinya.
Dari semua
pemaparan saya mungkin pembaca akan berfikiran bahwa saya wanita yang angkuh
dan tidak bisa mencintai lawan jenisnya dengan sepenuh hati. Itu sangat tidak
benar. Seperti yang sudah saya tulis di atas, bahwa saya akan menaruh posisi
cinta saya kepada imam saya di urutan ketiga setelah Allah dan Rasul-Nya. Saya
menulis seperti penjelasan diatas, dan bersikap demikian cuek hanya kepada
laki-laki yang tidak memilki ikatan sah dari segi agama dan negara, yang hanya sebatas
teman dengan intensitas komunikasi yang lebih sering saja. Sebagai wanita yang
beragama muslim, saya tetap yakin bahwa wanita yang baik akan dipasangkan
dengan laki-laki yang baik pula begitupun sebaliknya seperti janji Allah dalam
Al-Quran. Bukannya saya merasa sudah baik dan sok yakin kelak mendapat pasangan
hidup yang baik, tapi saya sedang berusaha untuk menjadi wanita yang baik di
mata Sang Pencipta agar kelak saya pantas disandingkan dengan laki-laki yang
baik pula.
Saya sadar
akan kekhilafan saya kemarin-kemarin yang ngotot pacaran dengan dalih masih
sewajarnya ko, masih dalam koridor islam, ga ngapa-ngapain ini, cuma cinta
monyet, pacarannya sehat ko, dan lain sebagainya. Aduuhhhh kebanyakan alasan
ya? Emang.. hehe. Oleh karena itu saat ini saya menyadari betapa sikap saya
kemarin tergolong alay, labil, dan kekanak-kanakan. Suka malu dan ketawa sendiri
kalau diingat-ingat. Sumpahh MALU BANGET!!!!!!!
Semua ini saya
tulis karena saya prihatin melihat remaja wanita yang terlihat rapuh, seolah
mengemis perhatian lelaki dengan kata-katanya yang sedih dan galau. Salah satu
yang bersikap seperti itu adalah teman saya, dan dia juga salah satu yang
nyeletuk seperti di atas. Saya nasehati tapi masih saja galau. Susah, gimana
mau move on kalau gak pakai niat. Padahal jelas-jelas cowok nya tidak baik,
masih diratapi. Hampir tiap buka facebook, beranda saya isinya postingan dia
yang galau dan meratapi sang mantan. Begitu jadinya kalau mencintai lawan jenis
secara berlebihan, dan tidak bisa menempatkan posisi cinta sebagaimana
mestinya.
Wahai teman,
hidup ini terlalu berharga jika hanya digunakan untuk menangisi dan memikirkan
laki-laki yang bukan siapa-siapa kita. Air mata Anda sia-sia belaka jika hanya
digunakan untuk menangisi ‘dia’ yang sudah mengecewakan Anda. Satu-satunya hal
yang baik yang harus Anda lakukan adalah berusahalah menjadi pribadi yang jauh
lebih baik dari yang kemarin dan buat si ‘dia’ menyesal telah mengecewakan
Anda. :)
Seperti
itulah saya mengatur rasa cinta saya. Saya tetap ingin hubungan saya dengan Allah
bisa berjalan dengan baik. Begitupun hubungan saya dengan manusia, saya ingin
tetap bisa menjalaninya tanpa harus dibuat susah. Saya ingin semuanya berjalan
dengan seimbang. Sekarang gini, masa hubungan dengan Allah tidak pernah galau,
tapi hubungan dengan manusia galau melulu sampai nangis-nangis. Coba deh,
pernah kah akhi dan ukhti nangis-nangis sama Allah untuk sesuatu yang
menyangkut ibadah? Misal, galau karena takut ibadahnya selama ini tidak
bernilai dimata Allah, atau takut Allah marah sama kita karena terlalu banyak
meninggalkan shalat, dan lain sebagainya. Tapi sekalinya pacar yang marah dan
minta putus, akhi dan ukhti nangis-nangis sambil ngegalau dan curhat di medsos.
Kan kan kan... Lucu.
Akhi
dan ukhti, yuukk sama-sama kita belajar untuk mengatur rasa cinta yang Allah
berikan kepada kita dengan sebaik mungkin. Jangan disia-siakan begitu saja.
Coba untuk kita gunakan rasa cinta itu untuk orang-orang yang memang pantas
menerimanya. Bagaimanapun Allah harus berada diurutan pertama. Dia harus berada
paling atas dalam urutan rasa cinta yang kita berikan. Semoga kita semua bisa menerapkannya
secara Kaffah dan Allah Maha Tau yang kita rasakan.
Seperti biasa,
saya mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan dihati. Saya hanya
manusia biasa, yang penuh kekurangan. Jika banyak hal yang masih belum benar,
mohon dimaklumi karena ilmu saya masih sangat dangkal. Harapannya dengan
berbagi tulisan seperti ini saya pun bisa menerima masukan dan ilmu yang
bermanfaat dari para pembaca. Jadi jangan sungkan-sungkan untuk meninggalkan
komentar ya.
Syukron.. :)
Komentar
Posting Komentar