Hijrah Yuuk !?
Assalamualaikum, akhi dan ukhti..
Bagaimana kabarnya hari ini? Semoga senantiasa dalam keadaan sehat dan selalu dalam ridha Allah SWT. Aamiin…
Bagaimana kabarnya hari ini? Semoga senantiasa dalam keadaan sehat dan selalu dalam ridha Allah SWT. Aamiin…
By the way, tidak lupa saya ucapkan terima
kasih banyak kepada pembaca yang masih bersedia mampir di blog saya.. :)
Saya mau cerita tentang pengalaman pribadi saya
lagi nih… Hehe. Boleh ya? Semoga gak
bosan…
Bicara soal kewajiban menutup aurat dalam agama
islam, sepertinya selalu seru untuk dibahas. Terutama di negara kita ini. Kenapa
seru? Karena mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama islam, namun masih
banyak dari kaum hawanya yang belum menutup aurat. Kalau di negara Arab sana
mungkin masalah aurat tidak akan begitu menarik untuk dibahas, toh sebagian
besar kaum hawa disana sadar akan
kewajibannya sebagai seorang muslimah untuk menutup aurat.
Ukhti tahu batasan aurat perempuan? Dalam Al-Quran Surat An-Nur ayat 31, Allah
berfirman :
“Janganlah
mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya”. Ibnu Abbas dan Ibnu Ummar
berpendapat bahwa ‘perhiasan yang biasa nampak’ dalam ayat ini adalah wajah dan
telapak tangan.
Selain itu ada hadist riwayat Ibn Jarir At-Thabari bahwa Rasullullah SAW pernah bersabda :
“Tidak
halal bagi seorang perempuan yang percaya kepada Allah dan Hari Kemudian dan
telah haidh untuk menampakkan kecuali wajahnya dan tanggannya sampai disini
(lalu beliau memegang setengah tangan beliau”
Di dalam Jilbab Al-Mar’ah Al Muslimah Fii
Al-kitab Wa As Sunnah, karya syekh
NAshirudin Albani masih terdapat belasan riwayat hadist yang menyatakan bahwa
aurat wanita itu merupakan seluruh bagian tubuh kecuali wajah dan telapak tangan.
(Buku Berhijab Seutuhnya, karya Sulaiman Mulya & Assad Ali Mochammad)
Kalau kaki, gimana, Mel? Menurut ukhti gimana ?
Aurat bukan? Aurat toh..?
Mungkin ukhti ada yang lupa bahwa kaki kita itu juga aurat. Kan
sudah jelas bahwa anggota tubuh wanita yang boleh di lihat dan bukan termasuk
aurat hanya wajah dan telapak tangan.
Berarti kaki kita itu termasuk aurat yang harus kita tutupi juga.
Right?
Jujur, dulu saya paling anti pakai kaos kaki
selain untuk ke sekolah. Saya dulu beranggapan bahwa memakai kaos kaki itu
alay, norak, kampungan, fanatik, ribet, dan panas. Tuhh parah banget ya saya?
Ya, begitulah saya dulu. Pemikiran saya masih
primitive, tidak terbuka dan selalu mencari cela untuk membenarkan segala
sesuatu yang menurut saya hanya hal sepele. Bahkan dulu saya sempat tidak percaya pas pertama kali mengetahui
bahwa hukum memakai hijab itu adalah wajib. Saya fikir hukumnya Sunnah. Sampai
saya cari sumber lain supaya saya yakin bahwa
berhijab adalah wajib bagi seorang muslimah. Maklum, saat itu saya masih
SD. Masih oon-oonnya. Hehehe….
Tapi Alhamdulillah saya memang sudah berjilbab
sejak kelas 3 SD. Bahkan dulu saya yang pertama kali berjilbab di kelas. Hingga pada akhirnya guru SD saya menyarankan
kepada anak perempuan satu kelas untuk ikut berjilbab seperti saya. Cieeee..
ceritanya jadi pelopor gitu.. :D
Sekarang,seiring berjalannya waktu, semakin tua
umur dan semakin banyak pelajaran yang saya dapat dari buku dan lingkungan
sekitar, saya perlahan faham sedikit demi sedikit esensi dari agama yang saya
anut. Sadar bahwa saya beragama islam, maka konsekuensinya saya harus patuh
dengan aturan yang ada dalam islam. Suka tidak suka, mau tidak mau.
Awalnya memang berat, saya pun begitu. Ihhhh
islam aturannya nyusahin aja. Mesti pakai jilbab segala. Harus beginilah, begitulah.
Sampai kaki aja harus di tutup. Kita
beranggapan seperti itu karena kita tidak tahu manfaatnya. Kita hanya
memikirkan ribetnya, susahya, dan kunonya ajaran agama islam. Padahal,
MasyaAllah, islam itu luar biasa sempurnanya.
Kembali pada pembicaraan soal aurat wanita,
khususnya kaki, Alhamdulillah saya sudah menyadari dan menerima kenyataan bahwa
saya harus menutupnya. Lantas bagaimana menutupi kaki kita agar tidak terlihat?
Tentu dengan memakai kaos kaki toh. Hehe (anak TK juga tahu kali, Mel). Nahhh zaman sekarang sudah banyak tuh model kaos kaki yang lucu yang
bisa kita pakai untuk menutupi kaki kita. Motif dan warnanya juga macam-macam.
Ada yang warna warni, seperti merah, ungu, biru dan lain-lain. Ada juga yang
berwarna kulit.
Ada yang mengatakan bahwa tidak boleh memakai
kaos kaki berwarna kulit, karena itu sama seperti tidak memakai penutup. Tapi
ada juga yang bilang boleh. Semua tergantung kepada kita untuk memilih mana prinsip
yang menurut kita baik dan yakin bahwa Allah ridha dengan apa yang kita pilih.
Perihal memakai kaos kaki, mungkin masih banyak
kaum hawa yang ogah-ogahan. Saya saja dulu begitu, ogah banget. Tapi Allah Maha
Baik, Dia selalu punya cara untuk membuat hamba-Nya sadar. Allah memberikan hidayah kepada saya melalui
senior –senior wanita di kantor yang
lebih dulu memakai kaos kaki. Entah kenapa saya merasa malu melihat mereka
memakai baju yang menutup aurat mereka dengan rapih dan anggun sedangkan saya
masih telanjang kaki dan pakai baju yang masih ketat-ketat seperti jeans dan
kaos.
Saya punya proses tersendiri saat berhijrah
dari busana ala modern menuju ke pakaian yang lebih baik yang insyaAllah di ridhai oleh Allah.
Hal yang pertama saya lakukan untuk memperbaiki
pakaian saya adalah dengan memperbaiki jilbab yang saya pakai. Dulu saya kalau
pakai jilbab cuam di selempangin ke bahu. Jadi bagian dada masih terlihat. Padahal
Allah berfirman dalam Al-Quran An-Nur ayat 31 bahwa hendaklah kita menutupkan
kain kerudung sampai ke dada. Dan saya memulai dari sini. Memakai jilbab
menutupi dada.
Selanjutnya saya mulai meninggalkan celana jeans ketat.
Saya pisahkan celana jeans dari lemari pakaian saya dan mulai membeli satu
helai rok. Jujur saya tidak punya koleksi rok. Soalnya saya berfikir bahwa
memakai rok itu menghambat kebebasan saya untuk bergerak.
Tapi saya tidak sepenuhnya memakai rok dan
meninggalkan celana. Saya tipe orang yang tidak bisa melalukan sesuatu secara sekaligus jika bukan dari
dorongan hati. Karena naluri saya masih tetap ingin pakai celana jadi saya memutuskan memakai celana namun
buka bahan jeans yang ketat tapi bahan yang longgar.
Lalu tidak lama kemudian saya mulai memakai
kaos kaki. Tahukah ukhti perasaan apa yang hinggap di hati saat pertama kali
saya memakai kaos kaki sejak terakhir saya lulus sekolah? Adem alias tenang.
Entah kenapa saat itu saya merasa Allah berada disamping saya, melindungi saya.
Mungkin ada yang bilang lebay deh. Tapi jujur itu yang saya rasakan. Allah Maha
Tahu jika saya berbohong.
Sejak saat itu saya mulai memutuskan untuk
memakai kaos kaki jika hendak keluar rumah/kos. Dan tahukah ukhti apa yang saya
rasakan jika saya tidak memakai kaos kaki? Saya merasa seperti telanjang, seperti ada anggota tubuh
penting yang belum saya tutup. Saya mulai merasa malu dan tidak nyaman saat
keluar tanpa kaos kaki. MasyaAllah, itulah dahsyatnya hidayah Allah terhadap
saya.
Dan Alhamdulillah saya sekarang mulai memakai
rok dan gamis dan meninggalkan seutuhnya celana jeans ataupun bahan. Karena
jujur, sekarang perasaan saya lebih nyaman dan tenteram ketika saya memakai rok
dari pada celana. Saya merasa Allah benar-benar dekat dengan saya.
Dari pengalaman saya tadi sebenarnya saya ingin
menyampaikan pesan bahwa untuk berubah kearah yang lebih baik itu tidak harus
sekaligus. Semua membutuhkan proses. Meskipun berjalan secara perlahan, tapi
pasti. Ikuti kata hati saja.
Waktu itu saat saya masih memakai celana bahan, tapi sudah mulai memakai rok, ada seorang teman yang meminta saya memakai khimar agar auratnya tertutup sempurna. Tapi saya jawab “Tidak sekarang ”. Kenapa? Karena saya masih mau menikmati proses yang saya jalani saat ini. Saya tidak mau terburu-buru. Saya ingin semuanya saya lakukan atas dasar ‘Lillahi Ta’ala’. Terkadang ada orang yang berubah baik secara drastis , tapi ujung-ujungnya malah balik lagi ke semula. Saya tidak ingin seperti itu. Ingatlah bahwa Allah itu lebih menyukai proses yang kita jalani dari pada hasil akhir yang kita peroleh. Nikmati dan syukuri proses itu dan mohon kepada Allah untuk dilindungi dari godaan setan agar kita bisa menjalani syariat islam secara istiqomah.
Tapi alangkah baiknya jika kita memulainya
secepat mungkin. Jika hati kita sudah mantap, tanpa ragu dan ikhlas berjilab
karena Allah, jangan tunda, karena ajal tidak menunggu kata ‘NANTI’.
Banyak reaksi ketika saya mulai menutup aurat
saya dengan rapih. Ada yang memanggil saya ibu haji, bahkan umi pipik (istri
Almarhum ust. Uje).Heheh ada-ada aja ya…
Sampai sodara saya sendiri bilang “Mel, kamu
kenapa kok bisa gini (tampilannya)?”. Awalnya pasti akan banyak orang yang
mengomentari perubahan kita. Entah itu komentar baik maupun buruk. Jangan
jadikan komentar mereka sebagai beban. Komentar baik dan buruk itu kita jadikan
bahan untuk introspeksi diri. Ambil yang baik dan buang yang buruk.
Dan satu lagi, terkadang ada orang yang mau
berubah tapi menunggu barang penunjangnya dalam jumlah banyak. Maksudnya? Ada teman saya juga yang bilang “Mau sih pakai rok, tapi belum punya banyak
koleksi rok. Masih sedikit” atau “Mau sih pakai rok, cuma belum punya satupun
rok” Gubrakkkkk!!!!
Untuk alasan pertama : Hei, memangnya ukhti mau
nunggu koleksi roknya sampe berapa banyak? Memang Allah minta ukhti ganti rok
sehari berapa kali? Memang Allah minta ukhti pakai rok dengan berbagai macam
motif dan model? Pakai dulu yang ada dan kemudian beli secara menyicil,
satu-persatu, tidak mesti sekaligus banyak.
Untuk alasan kedua : Ini kayak gak niat mau
pakai rok. Jika ukhti niat mau berubah, maka ukhti akan berusaha mengumpulkan
uang , rupiah demi rupiah untuk membeli sehelai rok. Gak mesti mahal, yang
penting bisa menutupi aurat ukhti saja sudah cukup.
Saya saja memulai dengan sehelai rok kok. Kalau
saya bisa, masa ukhti ga bisa? Yang penting niat dulu. Dimana ada niat, di situ
ada jalan. Oke? :)
Semoga
bermanfaat, dan mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan
dihati.
Syukron… :)
Jadi inget waktu jaman di asrama mel. Inget banget ya waktu mau PAI melan disuruh pake rok bilang ribet hehehe
BalasHapusTerus inget juga waktu pake kaos kaki kita bilang panas dan gak betah. Ah... prosesnya luar biasa :*
Jadi inget waktu jaman di asrama mel. Inget banget ya waktu mau PAI melan disuruh pake rok bilang ribet hehehe
BalasHapusTerus inget juga waktu pake kaos kaki kita bilang panas dan gak betah. Ah... prosesnya luar biasa :*
Hehehe iya hil, Melan dulu paling anti pake pakean yg ribet. Disueuh pake rok ngomel, lihat org pkae kaos kaki terlalu fanatik, skrg baru sadar kalo itu hal sngat bermanfaat buat kita sebagai muslimah.. :)
HapusKa aku boleh minta kontak ga? Ingin sharing sm kaka, aku butuh seseorang yg seperti kaka, jika kaka boleh utk membagikan kontaknya sm aku, aku bakal seneng bisa curhat ke kaka..
BalasHapus