Gaji, Ruang Lingkup Pekerjaan, atau Lingkungan?
Bekerja
adalah hal yang di inginkan banyak orang ketika sudah dewasa. Impian mempunyai
penghasilan sendiri untuk memenuhi kebutuhan pribadi adalah gambaran yang
menyenangkan. Tidak heran banyak orang yang rela melakukan segala cara untuk
mendapatkan pekerjaan demi meraih impian tersebut.
Ketika
sudah lulus sekolah (SMA) dan kuliah, orang rela merantau untuk mendapatkan
pekerjaan. Bahkan tidak jarang orang sampai rela melakukan tindakan tidak
terpuji seperti 'sogok-menyogok' demi
mendapatkan pekerjaan yang diinginkan.
Di zaman
yang serba mahal seperti sekarang ini pekerjaan apapun rela dilakukan oleh
sebagian orang demi menghidupi diri sndiri dan atau keluarga. Terkadang sampai
tidak peduli pekerjaan itu haram atau halal, baik atau buruk, berkah atau tidak
berkah. Orang sibuk dengan urusan duniawi, sibuk mencari cara untuk tetap hidup
dengan bantuan uang. Sibuk mengisi perut mereka tanpa berfikir apakah makanan
dan segala yang mereka dapat itu berstatus halal atau haram.
Kita
tidak bisa mencegah atau mencaci maki atau bahkan menghakimi orang yang berlaku
seperti demikian karena mereka pasti punya alasan kenapa melakukan hal itu.
Kehidupan ekonomi mereka yang sulit, tanggungan beban hidup mereka yang besar
atau bahkan himpitan hutang yang sedang mereka alami membuat mereka terpaksa
melakukan tindakan yang bisa merugikan diri sendiri dan orang lain.
Kewajiban
kita sebagai seorang muslim hanya mengingatkan. Ingatkanlah secara halus bahwa
yang mereka lakukan mungkin tidak mendapat ridha Allah. Berhijrahlah ke
pekerjaan yang lebih baik, meskipun dengan penghasilan yang sedikit setidaknya
itu akan membuat hidup tenang dan Allah ridha dengan apa yang kita lakukan.
Melihat
orang -orang sibuk mencari pekerjaan bagaimanapun caranya, kita yang sudah
bekerja dengan nyaman dan tentram hendaknya banyak bersyukur pada Allah. Jangan
sedikit-sedikit mengeluh minta resign. Nanti kalau sudah resign dan mendapat
pekerjaan yang tidak lebih baik dari sekarang ujung-ujungnya yang ada malah
menyesal. Mending kalau sudah resign masih dapat pekerjaan, coba jika sudah
memilih resign tanpa persediaan pekerjaan kedepannya, alhasil akhi dan ukhti
malah jadi pengangguran dan menambah beban bagi keluarga. Sesak kan?
Sebenarnya
apa yang kita cari dan kita harapkan ketika sudah bekerja? Mungkin bagi orang
yang baru pertama kali bekerja, yang pertama diharapkan adalah gaji atau upah
yang sesuai, kedua scope pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuan, ketiga adalah lingkungan yang nyaman. Right?
Itu
hanya perkiraan saya saja ya, karena dahulu juga saat pertama kali saya bekerja
gaji adalah harapan yang berada di posisi pertama. Namun seiring berjalannya
waktu, saya mulai mengambil pelajaran yang berharga dari pengalaman yang saya dapat saat magang dan
bekerja di dua tempat.
Sekitar
2 tahun lalu saya pernah magang di suatu perusahaan di Jakarta, perusahaan
besar dan ternama di Indonesia dan luar negeri. Magangnya cuma sebentar, hanya
2 bulan. Namun tahukah akhi dan ukhti, 2 bulan itu terasa 1 tahun bagi saya,
terasa waktu berjalan lambat. Kenapa? Karena lingkungan saya magang tersebut
teramat sangat tidak nyaman bagi saya. Orang-orang yang berada disekitar saya
sama sekali bukan orang-orang yang punya empati tinggi. Mereka terkesan individualistis.
www.merdeka.com |
Saat
magang, saya bukan seorang siswa yang sedang PKL, disini saya sebagai subcont
dari sebuah perusahaan yang ditempatkan diperusahaan tempat saya magang
tersebut. Ditempatkan sebagai support admin project dengan se-abrek dokument
yang tidak saya ketahui sama sekali istilah-istilahnya membuat saya jadi orang
paling bodoh di tempat itu. Tanya ini dan itu, seperti anak baru masuk sekolah.
Mereka yang sudah jadi pegawai disana sama sekali tidak memahami posisi saya
saat itu. Mereka tidak mengajari saya tapi langsung memberi tugas. Bahkan
terkesan menjauhi dan menganggap saya beban, bukan membantu.
Saya
tahu mereka semua mungkin berfikir bahwas saya sudah expert dibidang ini. Tapi
setidaknya saya berharap mereka mau memberikan sedikit saja penjelasan terkait
tugas dan tanggung jawab saya. Saya bukan tipe orang yang berdiam diri saat
tidak tahu. Sedikit penjelasan akan bisa saya serap, detail yang lain bisa saya
dapat sambil belajar. Istilah ini biasa disebut dengan 'Learning by doing'.
Mengalami
perlakuan yang tidak menyenangkan selaku orang baru, saya merasa terbebani. Seminggu magang terasa sangat tidak nyaman,
ingin cepat berhenti dan mencari tempat lain yang lebih nyaman. Meskipun saya
tahu gaji yang saya dapat lumayan, tapi saya merasa lingkungan yang seperti ini
akan membuat saya stress sendiri.
Sekarang
saya bekerja disebuah perusahaan kecil yang baru berdiri dengan pegawai yang masih sedikit. Saya
bekerja sebagai admin. Semua urusan yang berhubungan dengan administrasi kantor
dipegang oleh saya. Tanggung jawabnya lumayan berat. Terlebih saya adalah admin
tunggal, sendirian memegang semua hal yang berhubungan dengan administrasi
selama lebih dari 1 tahun.
Pekerjaan
saya lumayan berat tanggung jawabnya, lumayan menguras otak juga. Ketimbang
pekerjaan saat magang 2 tahun lalu, pekerjaan saya sekarang lebih berat dan
banyak. Namun tahukah akhi dan ukhti, walaupun beban dan tanggung jawab saya
lebih berat tapi kenyamanan dan
kebahagiaan yang saya dapat ditempat bekerja sekarang ini jauh jauh dan jauh
lebih baik dari tempat saya magang. Benar-benar berbeda.
Atasan
saya sangat mengerti posisi saya saat pertama kali saya masuk. Beliau yang
menduduki jabatan sebagai direktur mau mengajari saya terkait tugas dan
tanggung jawab saya dikantor. Mengajari dengan sabar meski saya sering melakukan
kesalahan akibat sifat ceroboh saya.
Rekan
kantor saya kebanyakan laki-laki. Karena perusahaan tempat saya bekerja bergerak di bidang kontraktor listrik, maka
rekan kantor saya jelas lebih banyak engineer laki-laki. Ada juga satu orang
wanita yang bekerja sebagai engineer.
Meski
tempat bekerja saya saat ini lebih kecil, bahkan jauuhh lebih kecil dari
prusahaan tempat saya magang dahulu yang berlantai 8, karyawan yang masih
sedikit bahkan fasilitas yang kurang memadai, namun rasa kekeluargaan terasa begitu
kental. Minimal 1 bulan sekali kami keluar bersama. Makan dan nonton film.
Bercanda sesuai porsinya, tidak ada batasan yang begitu mencolok antara saya,
engineer dan direktur. Kami berbaur bersama. Bahkan direktur saya sering duduk
di tempat karyawan untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Meskipun
kami sering bercadna bareng, ketawa ketiwi bahkan sampai pernah bikin video
dubsmash bareng direktur, tapi kami tahu posisi masing-masing. Kami tahu kapan
bekerja kapan bercanda. Motto kami bukan serius tapi santai, melainkan santai
tapi serius. Lingkungan saya bekerja benar-benar santai, tapi tetap serius
dengan tanggung jawab masing-masing.
Yang
unik dari kantor saya adalah para engineer yang urat malunya sudah pada putus.
Kocak, gokil, dan gak karuan. Saya dengan engineer hampir tidak ada batasan
dalam bercanda. Perkataan apa saja bisa keluar dari mulut kami jika sudah
berkumpul. Saya lebih sering istighfar ketika berkumpul dengan engineer.
Hehehee...
Engineer
ditempat saya bekerja kurang lebih ada 8 orang. Masih sedikit. Namun dari
kedelapan orang ini, saya lebih dekat dengan 4 orang. Ke empat orang itu biasa
saya panggil Mas Ugha, Mas Nanang, Mas Andri dan Mba Nana. Mba Nana dan Mas
Ugha sering saya sebut di sosmed. Dua orang itu lebih banyak beriteraksi dengan
saya, jadi lebih banyak cerita yang saya dapat dengan mereka berdua.
Saya
ceritakan karakter mereka satu persatu ya. Pertama Mba Nana. Dia adalah
engineer wanita syariah satu-satunya di kantor. Mba Nana ini masyaAllah
solehahnya. Kalau lagi beribadah, khusyuk banget. Bahkan pas wudhu, dia bisa
menyita kamar mandi kantor sampai 30 menitan. Jadi sebelum Mba Nana wudhu, orang-orang
dikantor yang mau buang hajat atau ada keperluan lain harus lebih dulu masuk
sebelum Mba Nana. Hehe...
Mba
Nana punya prinsip agama yang tidak akan pernah bisa dirubah oleh siapapun.
Salah satunya adalah soal pakaian. Sebagai seorang wanita muslim yang bekerja sebagai
engineer electrical, dia tahu pakaian syariahnya mungkin akan sedikit menganggu
ruang geraknya. Dengan rok atau gamis dan jilbab yang lebar, Mba Nana
satu-satunya yang menarik perhatian dikalangan engineer. Dia suka cerita ke
saya, saat turun kelapangan, dia mendapat banyak pandangan yang aneh-aneh dari
orang-orang di sekitarnya. Wanita berjilbab dan berpakaian syari turun
kelapangan, masuk-masuk panel melakukan tugas layaknya laki-laki? Gak mungkin.
Begitulah
mereka memandang Mba Nana. Orang-orang banyak yang tidak yakin dengan Mba Nana.
Namun Mba Nana bisa menepis pandangan negatif mereka dengan hasil kinerjanya
yang memuaskan kami dan customer. Kerenkan Mba yang satu ini?
Selain
sebagai engineer dan rekan kantor, Mba Nana sudah saya anggap sebagai kakak
sendiri . Mba Nana sering berdiskusi dengan saya yang tingkat ke-kepo-annya
sudah melewati batas. Ketika saya bertanya ini dan itu, baik soal agama ataupun
hal lainnya, Mba Nana bisa menjawab dengan baik, tanpa menjatuhkan atau menjelek-jelekkan
orang lain. Jika saya sudah bertanya soal agama, Mba Nana bisa menjelaskan
secara detail dan penjelasannya itu bisa saya terima dan saya pahami tanpa
harus berdebat ini dan itu. Ini yang saya suka dari Mba Nana.
Kedua,
Mas Ugha. Dia ini engineer multitalent. Apa saja bisa dia lakukan, kecuali
sesuatu yang berhubungan dengan install software dan printer kantor. Dibanding
laki-laki yang satu ini, tangan saya lebih sering belepotan tinta dan utak atik
install software. Mas Ugha kalau sudah bercanda tidak kenal siapa lawannya. Dia
bercanda dengan direktur saja sudah seperti bercanda dengan teman sebaya. Tapi Mas
Ugha ini candaannya selalu bisa bikin orang kejang-kejang nahan sakit perut.
Termasuk saya. Saya orang yang paling gede ketawanya kalau dia sudah ngelawak. Dan
saya yang paling sering adu lawakan sama Mas Ugha dikantor. Jadi kalau saya
sudah saut-sautan lawakan dengan Mas Ugha, yang lain cuma bisa jadi penonton
dari tingkah saya dan Mas Ugha yang sudah seperti orang punya gangguan jiwa.
Mas
Ugha ini tipe orang yang gak ada sifat tertutupnya sama sekali. Urusan keluarga
kek, percintaan kek, dia umbar didepan rekan-rekan kantor. Bahkan sering
dijadiin bahan lawakan. Seperti Raditya Dika yang sering jadiin keluarga
sebagai bahan lawakan. Mulai dari Mama, Bapak , sampai Neneknya, dia buka semua
aibnya didepan saya dan rekan yang lain. Mas Ugha ini master of imitation. Meniru
gerakan orang lain sudah makanan harian. Kalau dia sudah menirukan gaya orang
lain, yang tadinya gak lucu, jadi lucu. Yang tadinya garing, jadi kocak. Ada
saja tingkahnya yang bikin saya dan rekan kantor yang lain gak bisa nahan
ketawa.
Ketiga
adalah Mas Nanang. Katanya Mba Nana, Mas Nanang ini ngerti banget soal agama,
tapi tingkah lakunya, minta ampun. Kalau sudah bercanda suka bawa-bawa hal yang
berbau 18+. Hahaha. Saya dan Mba Nana suka ketawa sambil istighfar kalau
mendengar Mas Nanang dan Mas Ugha ngelawak dengan bumbu 18+ . Apalagi kalau
sudah gabung dengan finance kantor. Wuuhhhhh makin jadi deh.
Mas
Nanang ini tipe laki-laki yang sangat memikirkan masa depan. Kalau sudah bicara
soal pernikahan, dia jagonya. Wuuuhh persiapannya sudah matang kalau ditanya
soal nikah. Kenapa? Karena Mas Nanang
ini sudah punya pacar yang dia panggil dengan panggilan sayang 'Bunda'. Udah
kaya anak SD-SMP yang baru pertama kali pacaran ya? Haha. Kalau lagi teleponan
dengan Bunda, saya suka cekikikan ngetawain tingkah Mas Nanang yang lagi
kasmaran ala -ala remaja SMP. Tapi Mas Nanang bukan sekedar pacaran loh. Dia
sudah merencanakan pernikahan diusia 25 tahun. Bahkan sudah beli cincin untuk
mahar pernikahannya. Kerenkan?
Terakhir
adalah Mas Andri. Mas yang satu ini pendiam banget. Gak banyak omong. Tapi sekali
ngomong bikin perut keram. Lawakannya ga bisa ditebak. Satu yang jadi ciri khas
Mas Andri, ngomong sama dengan ( = ) kumur-kumur.
Haha faham kan? Dia kalau ngomong suka ngerebek, kaya orang lagi kumur-kumur,
gak jelas. Kadang terbata-bata gak karuan. Saya dan rekan kantor yang lain suka
lama mencerna kata-kata Mas Andri.
Dibanding
engineer cowok yang ada dikantor, Mas Andri memang sedikit lebih baik secara
fisik. Kenapa? Mas Nanang gempal dan Mas Ugha buncit, Haha, sorry Mas-Mas. Mukanya
Mas Andri yang innocent serasa gak punya dosa plus sok diganteng-gantengin
kadang bikin sakit perut tanpa harus ngelawak. Dan satu lagi yang keren dari
Mas Andri selain tampang, yaitu jago speak-speak. Wuuhhhh Mas yang satu ini jagonya berpura-pura SKSD, Sok Kenal Sok Deket
. Keahliannya ini dia terapkan saat belanja material di Glodok, pasar
elektronik di Jakarta. Dia bisa bertingkah seolah-olah kenal sama semua Koh-Koh
Cina yang ada di Glodok saat lagi berinteraksi tawar menawar. Padahal
kenyataannya dia gak kenal sama sekali sama salah satu Koh-koh Cina di Glodok. Daebak pokoknya Mas yang satu ini kalau urusan
belanja. Haha.
Dari sedikit cerita diatas seputar kehidupan saya
dikantor, terlihat bahwa saya merasa bahagia bisa mengenal mereka. Kakak
sekaligus senior yang banyak memberikan ilmu. Meskipun saya yang usianya paling
muda diantara mereka, tapi mereka tidak pernah mengganggap saya seperti junior
yang tidak bisa di ajak sharing. Mereka terbuka dengan saya dan mereka sangat baik
dengan saya.
Satu yang ingin saya sampaikan ke pembaca, dari sekian harapan yang ada dibenak kita saat bekerja, tempatkan lingkungan pekerjaaan diurutan pertama. Selanjutnya scope pekerjaan dan gaji. Saat kita merasa nyaman dengan lingkungan tempat kita bekerja, insyaAllah beban pekerjaan kita akan berkurang. Meski beban pekerjaan kita menggunung, tapi jika kita happy dengan orang-orang disekitar, mendapat support dari rekan-rekan yang solid, mendapat rekan kantor yang rasa kekeluargaannya bisa sedikit menggantikan kerinduan dengan keluarga dirumah, akan membantu kita menyelesaikan masalah dan beban dengan tenang.
Semoga
cerita saya bermanfaat. Mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan
dihati. Syukron.. :)
Komentar
Posting Komentar