Harta Dan Tahta
Assalamualaikum. wr. wb..
Mohon
maaf sebelumnya kepada pembaca yang masih setia mampir diblog saya, belakangan
sedang kesulitan mencari inspirasi sehingga blog kosong dari postingan beberapa
bulan. Afwan..
Kebetulan saya sedang dapat inspirasi dari kehidupan disekitar saya. Saya tuangkan apa yang ada difikiran saya sesuai dengan kata hati nurani. Tidak ada yang saya buat-buat saya tambahkan ataupun saya kurangi.
Pernahkan
kita berfikir apa tujuan hidup kita? Pernahkah terlintas dibenak kita bagaimana
kelak kehidupan kita diakhirat? Pernahkah terbayangkan bagaimana kelak Allah,
Rasul, dan malaikat-Nya memperlakukan kita diakhirat?
tahupedia.com |
Jujur,
sering terlintas pertanyaan seperti itu dalam benak saya. Ketika terlintas pertanyaan seperti itu dalam
benak , saya hanya bisa menangis, cemas,
malu dan yang paling mendalam adalah rasa takut. Ya takut. Kenapa kok takut,
Mel? Kematian itu pasti. Kalau kamu takut berarti kamu banyak dosa ya selama
ini, Mel?
Ya,
sebagai manusia biasa saya jelas mengakui jika selama ini saya punya banyak
dosa, baik itu kepada Allah dan kepada sesama manusia. Saya hanya hamba Allah,
tempatnya salah dan khilaf. Takut akan kematian dan siksa yang kelak akan
menimpa saya itu hal yang wajar bagi saya. Jika mungkin akhi dan ukhti merasa senang dan tentram menghadapi
kematian, masyaAllah itu adalah suatu hal yang sangat saya kagumi dan idamkan.
Orang yang merasa senang dan ikhlas menghadapi kematian merupakan ciri orang
yang faham hakikatnya hidup ini untuk apa. Faham hakikat pertemuannya dengan
Allah, Sang Pemilik Alam Semesta beserta seluruh isinya.
Saya
sendiri malu jika ditanya apakah saya siap bertemu Allah kapan saja saat Allah
memanggil saya? Kenapa malu? Karena saya tahu bahwa saya masih perlu
memperbaiki diri, namun pada kenyataannya justru perbaikan diri itu masih
terbentur dengan segala godaan setan yang datang merayu.
Padahal
pada hakikatnya Allah tidak mengenal kapan kita mau atau tidak mau, siap atau
tidak siap, malu atau tidak malu, Dia akan tetap memanggil kita kapanpun sesuai
dengan kehendak-Nya. Allah hanya memantau kita kapan mau memperbaiki diri
hingga tiba saatnya Dia memanggil kita.
Coba
kita renungkan, pernahkah kita memikirkan mati enak? Pada kenyataannya jaman
sekarang semua manusia berlomba untuk meraih kenikmatan hidup di dunia. Fokus
mengumpulkan harta untuk bekal tua, tidak peduli statusnya haram atau halal,
sikat saja yang penting rekening atau tabungan full, perut kenyang, rumah
bertingkat, emas bertumpuk, dan lain sebagainya. Memikirkan kelak tua bisa hidup enak dengan segudang aset yang ditimbun,
berbahagia bersama istri, anak, menantu, cucu, dan sanak saudara yang lain.Jika
pada kenyataannya Allah tidak memberi kesempatan untuk impian itu bagaimana?
Ternyata Allah tidak ridha dengan apa yang kita lakukan selama ini bagaimana?
Allah tidak mengizinkan kita menikah, punya anak, apalagi cucu bagaimana?
Pernah kita berfikir bahwa besok Allah memanggil kita?
Kredit
rumah, mobil, motor, hp, dan perabotan rumah semua diambil. Untuk tabungan masa
depan, itu alasan yang paling klasik.
Bukan saya mencemooh atau memandang remeh orang yang berpandangan
luas untuk masa depan seperti itu, namun
saya prihatin dengan orang-orang yang rela meggadaikan perintah Allah untuk
menjauhi riba demi masa depan yang belum pasti akan mereka hadapi. Kredit rumah
hingga belasan dan mungkin puluhan tahun, mobil hingga 4 tahunan misal, adakah
yang menjamin hidup kita sampai cicilan kredit itu lunas? Tidak ada. Bisa saja
setelah akhi dan ukhti tanda tangan diatas materai dalam perjanjian hutang
tersebut Allah tiba-tiba memanggil akhi dan ukhti tanpa sabab musabab.
Allah
bisa kapan saja mencabut nyawa kita tidak peduli kapan dan dimana. Allah berhak
mencabut nyawa kita bahkan saat cicilan pertama mungkin belum terlaksana dan rumah belum sempat ditempati. Jika sudah
seperti ini apa yang terjadi? Hanya sesal tiada tara. Kenapa menyesal? Jika itu
hutang tanpa riba Allah tidak mengancam dengan hukuman para pemakan riba, namun
tetap ada konsekuensi yang harus kita tanggung karena menyepelekan hutang. Tapi
jika itu hutang riba, siap-siap saja dengan janji Allah akan azab bagi mereka
yang ngotot melakukan transaksi riba. Dan satu lagi, semua didunia ini perlu pertanggung jawaban yang diakhirat kelak, termasuk harta kita. Harta yang kita dapat akan diusut sampai tuntas oleh Allah tanpa ada sedikitpun yang terlewati. Semakin banyak harta seseorang maka kelak hisab diakhiratnyapun akan semakin sulit. Maka jangan pernah kita berfikir bahwa harta kita didunia ini aman-aman saja. Padahal Allah akan 'meng-auidtnya' dengan sangat detail dan adil.
Sok
suci loe, Mel. Kalau tidak kredit mah mana bisa kebeli ini dan itu. Nunggu
jamuran juga susah pasti kebelinya. Belum lagi harga yang semakin melambung
jika tidak buru-buru dibeli.
Demi
Allah, saya merasa takut menulis hal seperti ini. Bukan takut dibilang sok suci
atau sok alim . Tapi saya takut kelak setan menggoda saya dikemudian hari untuk
melakukan sesuatu yang berbau riba, baik itu dalam skala kecil maupun besar.
Saya takut Allah mengecap saya sebagai seorang yang munafik . Saya malu
berlipat-lipat ganda kepada Allah
melebihi malu kepada pembaca jika saya
tidak bisa mempertahankan iman saya terhadap azab Allah tentang riba. Semoga dengan berbagi tulisan
seperti ini mampu menjadi pengingat saya dikala khilaf dan tergoda oleh setan
karena saya menyadari sepenuhnya bahwa saya rentan terkena bisikan setan untuk
melakukan riba. Saya pun sadar bahwa
kita mungkin tidak akan pernah bisa seutuhnya bebas dari riba sampai
debu-debunya. Namun kita bisa berusaha semaksimal mungkin untuk meminimalisir segala sesuatu yang berbau riba. Lebih baik
mencoba dari pada tidak sama sekali. Saya ingin mengajak akhi dan ukhti mencoba
berjuang bertahan dari godaan riba.
Saya beranikan menulis hal seperti ini karena saya ingin berbagi iman saya terhadap azab Allah tentang riba. Dengan tekad yang saya miliki sekarang ini untuk menjauhi riba, saya ingin kita berjuang bersama. Jika pada akhirnya benteng pertahanan iman salah satu diantara kita runtuh, semoga Allah selalu memberikan ampunan dan rahmat-Nya kepada kita semua.
Saya beranikan menulis hal seperti ini karena saya ingin berbagi iman saya terhadap azab Allah tentang riba. Dengan tekad yang saya miliki sekarang ini untuk menjauhi riba, saya ingin kita berjuang bersama. Jika pada akhirnya benteng pertahanan iman salah satu diantara kita runtuh, semoga Allah selalu memberikan ampunan dan rahmat-Nya kepada kita semua.
Kenapa
saya menyingung masalah riba dalam tulisan ini? Saya tertampar dengan buku
karya Saptuari Sugiharto yaitu KEMBALI KE TITIK NOL. Bukan bermaksud
mempromosikan buku tapi jujur saya ingin sekali berbagi ilmu kepada akhi dan
ukhti betapa riba itu adalah hal yang berbahaya dan tidak bisa dianggap remeh. Saya
tidak bisa menjelaskan panjang lebar mengenai riba dan bahanya dalam tulisan
ini, oleh karena itu saya ingin akhi dan ukhti bisa membacanya langsung dari
buku yang menurut saya sangat membantu bagi siapapun yang ingin bertaubat dari
riba.
Buku
selanjutnya adalah BERANI JADI TAUBATER yang merupakan buku lanjutan dari buku KEMBALI
KE TITIK NOL. Bahasanya mudah dicerna dan menyentuh langsung ke hati. Tidak
bertele-tele langsung to the point. Jadi bagi orang yang tidak suka teori tanpa aksi nyata, kedua buku
hasil tulisan dari Saptuari Sugiharto buku ini sangat saya rekomendasikan
kepada akhi dan ukhti. Semoga dengan saya memberikan rekomendasi buku ini, kita
bisa sama-sama berjuang dan berdoa untuk kebaikan hidup kita didunia dan
akhirat, yaitu hidup tanpa riba. Jika pada akhirnya kita tidak bisa atau
mungkin terjebak dalam lingkar riba, minimal kita bisa bertekad meminimalisir
trasnsaksi ria secara perlahan. Allah Maha Adil, Maha Bijaksana, dan Maha
Mengetahui apapun yang ada dalam hati hamba-Nya.
Lanjut
ke bahasan lainnya yuk. Jaman memang sudah berubah. Semua serba dipermudah.
Ingin ini dan itu bisa dengan mudah didapatkan asal ada uang. Uang seolah-olah
menjadi magnet paling kuat untuk menjerumuskan manusia dalam limbah dosa.
Apapun itu akan dilakukan tanpa faham kelak apa hukuman yang menanti diakhirat.
Sering melihat manusia yang tergila-gila dengan jabatan? Segala cara dilakukan
untuk bisa duduk ditingkat jabatan teringgi sesuai dengan keinginanya. Kenapa
bisa begitu? Karena manusia melihat manusia lainya dengan sudut pandang jabatan.
Semakin tinggi dan penting seseorang kedudukannya dalam status sosial
masyarakat maka orang disekitarnya menganggap dia dewa yang harus dipuja dan
dipuji, harus dihormati, harus ditiru segala tingkah lakunya, harus dituruti
segala perintahnya, seolah dewa atau bahkan tuhan.
Manusia
berebut tahta dengan mengupayakan segala cara. Tidak peduli apa tujuan mereka
mati-matian berusaha menduduki jabatan yang diincar saat ini, apakah itu untuk
kemajuan masyarakat atau untuk menumpuk harta. Saya tidak suudzan terhadap
mereka yang sibuk berebut posisi tertinggi dalam lingkungannya, hanya saja saya
prihatin mendengar dan membaca berita yang ada bahwa mereka rela melakukan hal
yang tidak terpuji sekalipun demi posisi tersebut. Rela bersumpah palsu atau
rela menggadaikan agama dan imannya untuk posisi yang hanya bisa dinikmati
didunia saja. Padahal jika difikir-fikir, kalau memang mereka yang sibuk
berebut kedudukan itu memiliki tujuan untuk memajuan masyarakat kenapa mereka
harus mempertaruhkan harga diri mereka didepan manusia dan bahkan didepan Allah
kelak. Tanggung jawab yang dipikul sebagai seorang pemimpin tidaklah mudah, baik
itu didunia maupun diakhirat, sama beratnya. Tapi mereka seolah tidak peduli
pada tanggung jawab itu.
gofaztrack.com |
Saya
membahas masalah ini bukan tanpa alasan. Saya hanya tidak habis fikir melihat
mereka yang sibuk berebut kedudukan didunia dengan cara yang tidak semestinya
mereka lakukan. Demi sesuatu yang justru memberikan mereka beban tanggung jawab
yang besar di hadapan masyarakat dan
Allah dikemudian hari, mereka rela menghalalka segala cara. Saya tidak tahu apa
alasan mereka melakukan itu, semoga ada sisi mulia yang mereka simpan dibalik
kesungguhan mereka dalam mencapai posisi yang mereka dambakan. Dan semoga Allah senantiasa memberikan kita pemimpin yang bertanggung jawab. Aamiin
Akhir
tulisan, saya tidak lupa memohon maaf kepada pembaca jika ada kata-kata yang
menyinggung atau kurang berkenan di
hati. Saya hanya manusia tempatnya salah dan khilaf, saya tidak mampu
memberikan tulisan yang sempurna karena kesempurnaan hanya milik Allah semata.
Syukron :)
Komentar
Posting Komentar