Antara Bid'ah Dan Sunnah
Assalamu'alaykum....
Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah mengizinkan saya untuk kembali menulis setelah off beberapa bulan terakhir. Harap Maklum ya... hehehe
Bagaimana kabarnya akhi dan ukhti
hari ini? Semoga senantiasa dalam ridho dan limpahan Rahmat-Nya.. aamiin..
Oh iya saya ucapkan selamat hari
Raya Idul Fitri 1438 H... Taqabbalallahu Minna Wa Minkum, Shiyamana Wa Shiya
Makum untuk para pembaca blog saya, mumpung masih dalam suana lebaran alangkah
baiknya jika kita saling mendoakan sesama muslim.
BTW enaknya kita bahas apa ya?? Hmmmm..
kira-kira apa yang lagi tren sekarang nih di Indonesia..?? Banyak kalo ngikutin
tren mah.. hehe
Bagaimana kalo kita bahas tentang
Bid'ah?? Fenomena Bid'ah masuk dalam salah satu hal yang sering jadi perbincangan
masyarakat Indonesia lohhh. Kayaknya seru deh untuk dibahas....Yukk kita ulas
bareng2.
http://smpitikhlascendekia.sch.id |
Mengutip dari pengertian Wikipedia Indonesia, Bid'ah adalah perbuatan yang dikerjakan tidak menurut contoh yang sudah ditetapkan, termasuk menambah atau mengurangi ketetapan. Secara linguistik, istilah ini memiliki arti inovasi, pembaruan, atau doktrin sesat.
Saya kembali mengambil pengertian bid'ah dari web pustakaimamsyafii.com yang mengatakan bahwa para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan bid‘ah menurut terminologi syar‘i (istilah syari‘at). Ada yang menjadikannya sebagai lawan dari sunnah, dan ada pula yang menjadikannya sebagai perkara umum, yang mencakup semua perkara yang diada-adakan setelah zaman Rasul, baik yang terpuji maupun yang tercela. Sedangkan secara singkat menurut situs almanja.or.id, bid'ah yang diambil dari kata bida' yaitu mengadakan sesuatu tanpa ada contoh.
Selain dari sumber-sumber tersebut, masih banyak lagi pengertian
tentang bid'ah yang berasal dari para ulama dan lain sebagainya. Oke, saya
tidak akan membahas tentang pengertiannya secara detail.Akhi dan ukhti bisa
mencarinya sendiri dan bisa ambil kesimpulan sendiri mengenai pengertian
bid'ah.
Bid'ah digolongkan menjadi beberapa
macam. Untuk lebih jelas dan lebih lengkapnya mungkin akhi dan ukhti bisa
langsung buka link ini :
Saya tidak bisa menjelaskan secara
detail tentang bid'ah karena saya juga bukan pakar yang bisa menggolongkan dan
menjudge tentang mana perbuatan bid'ah ataupun bukan. Di sini saya ingin
mengulas tentang perilaku masyarakat Indonesia yang terlalu sensi jika
disinggung soal agama. Terutama Bid'ah dalam agama islam. Saling mengkafirkan satu sama lain hanya
karena perbedaan pemahaman mengenai Bid'ah. Seolah ibadahnya sudah paling
sempurna, merasa sibuk dan menggali-gali
kesalahan sesama muslim hanya karena melakukan sesuatu yang berbeda dari yang
lain. Masih banyak lagi kejadian di masyarakat Indonesia terkait bid'ah.
Menurut akhi dan ukht sendiri bid'ah
itu apa? Bagaimana pendapata akhi dan ukhti terkait bid'ah? Dan apakah akhi dan
ukhti setuju dengan perilaku bid'ah? Kalau saya ditanya secara pribadi, saya
tidak memihak pihak manapun, baik itu yang setuju dengan bid'ah, maupun yang tidak
setuju. Baik itu yang mengkafirkan sesama muslim ataupun yang tidak. Saya tidak
memilih pihak manapun dan saya sangat menghormati segala perbedaan yang ada di
Indonesia yang memang kita semua memiliki perbedaan yang unik dan
mengagumkan. Saya juga bukan orang yang
sudah faham betul tentang agama, ilmu saya masih sangat dangkal dan minim, jauh
dari sempurna. Maka dari itu saya mencoba mengutip semuanya dari berbagai
sumber agar tidak asal menyampaikan tanpa dasar.
Sebelumnya saya ingin cerita soal
kajian yang saya ikuti secara online alias dari youtube. Hehehe.. Saya pernah
menonton kajian tentang bid'ah dari salah satu ustadz favorit saya. Beliau
adalah ustadz Khalid Basalamah. Saya menyukai kajian beliau yang menurut saya tidak
bertele-tele, langsung to the point dan mengena di hati. Saya belum pernah ikut
kajian beliau secara langsung, tapi hanya melalui akun youtubenya beliau. Bukan
maksud saya mempromosikan beliau, tapi saya hanya ingin menyampaikan salah satu
kajian yang insyaAllah bermanfaat buat akhi dan ukhti untuk menambah ilmu
akhirat dan memperkuat iman. Dan saya juga bukan berarti golongan kajian
sunnah, saya welcome kok dengan semua kajian yang ada Saya juga menonton kajian lain selain kajian
beliau. Dan dari semua kajian yang saya tonton, saya menyaringnya dan mengambil
mana yang baik dari yang terbaik.
Kajian beliau memang dikenal sebagai
kajian Sunnah. Dalam setiap kajian, beliau memang mengacu pada hadist dan
Al-Quran yang didukung dengan pendapat para ulama. Bagi beberapa kalangan
memang kajian beliau terkesan kolot dan fanatik. Pada awalnya saya juga
beranggapan demikian, tapi setelah saya cermati kalimatnya, sumber kajiannya
yang jelas dan bukan hanya bicara tanpa dasar, ternyata tidak sekolot dan
sefanatik itu juga.Masih ada yang fleksible namun tetap sesuai dengan syariat
islam. Saya memang bukan orang yang sudah faham sunnah secara kaffah, masih
banyak yang harus saya pelajari tentang sunnah dan saya sedang dalam proses
untuk senantiasa memperdalam ilmu agama saya dari sumber-sumber yang jelas. Semoga
Allah senantiasa meridhoi kita untuk menuntut Ilmu. Aamiin..
Lanjut membahas tentang bid'ah, saya
akan melanjutkan apa yang disampaikan oleh Ustadz Khalid. Beliau mengatakan
bahwa aktifitas hidup kita secara pribadi yang diajarkan oleh Rasulallah saja
sudah padat buat apa kita tambah-tambah lagi? Mulai dari saat sepertiga malam
terakhir ada sholat tahajud disertai witir, lalu sholat subuh, saat matahari
beranjak disusul dengan sholat dhuha, saat siang sholat dzuhur, menjelang sore
sholat ashar, matahari mulai menurun di ikuti sholat magrib, dan saat malam
tiba sholat isya, belum lagi sholat rawatib dari masing-masing sholat wajib,
belum lagi shalawat dan dzikir, belum lagi membaca Al-Quran, sedekah, dan masih
banyak lagi yang Rasul ajarkan.
Sudahkah kita melaksanakan itu
dengan baik setiap harinya? Sudahkah kita melaksanakan sunnah yang diajarkan
Rasulallah dan menjalankan kewajiban yang sudah Allah perintahkan? Jika belum,
kenapa kita sibuk menambah kegiatan lain yang belum ada dasarnya/contohnya atau
mungkin dasarnya masih diragukan? Dan setelah saya renungkan, saat itu saya
mulai merasa bahwa apa yang dikatakan beliau ada benarnya.
Selain itu beliau banyak memberikan
contoh lain terkait sesuatu yang Rasulallah ajarkan tanpa membebani umatnya.
Sadarkah kita bahwa sesuatu yang kita lakukan yang tidak diajarkan Rasulallah dan
para sahabatnya justru lebih membebani dari pada apa yang disunnahkan Nabi.
Banyak sunnah Rasul yang sebenarnya lebih sederhana, lebih mudah, dan lebih
bermanfaat.
Salah satunya adalah fenomena
Tahlilan. Banyak perbedaaan pendapat tentang
hukum Tahlilan. Ada yang mengatakan itu adalah bidah, dan ada yag
mengatakan bahwa itu sesuatu yang baik
dan pantas-pantas saja dilakukan. Akhi dan ukhti berada dipihak mana terkait
fenomena tahlilan? Kalau saya pribadi memihak sesuatu yang menurut saya lebih
sederhana dan sesuai syariat islam. Tapi saya juga tidak membenci mereka yang
melaksanakan tahlilan. Wallahu a'lam, semua yang mereka lakukan pasti ada dasarnya
dan mereka juga pasti mengkaji lebih jauh mengenai hukum dan lain sebagainya sebelum
diterapkan.
Ustad Khalid pernah ditanya hukum
Tahlilan, namun beliau kembali menjawab berdasarkan riwayat hadist dan
Al-Quran. Beliau menceritakan apa yang Nabi ajarkan mengenai proses kematian
sampai pada penguburan ke liang lahat. Beliau mengatakan bahwa di zaman nabi
tidak ada tahlilan. Ustadz Khalid mengatakan bahwa saat keluarga dan sahabat
Rasulallah meninggal tidak ada riwayat hadist yang menyatakan bahwa Nabi
mengadakan tahlilan atas kematian seseorang. Adab beliau jika ada yang
meninggal adalah memandikan, mensholati, menguburkan, mendoakan, melayat ke
rumah duka dengan membawa makanan untuk meringankan beban bagi keluarga yang
ditinggalkan, sudah selesai, tidak ada proses selanjutnya seperti 3 harian, 7
harian, 40 harian dan seterusnya seperti yang sekarang banyak dilakukan oleh
umat muslim di Indonesia, termasuk keluarga saya sendiri.
Nahh biasanya tahlilan yang kita lakukan membutuhkan dana yang tidak
sedikit. Menyediakan makanan bagi yang
datang untuk tahlilan dan ada juga yang dibagikan ke tetangga sekitar hingga
hari kesekian. Bahkan ada yang memberikan uang kepada orang yang ikut hadir
saat tahlilan. Dan prosesi lainnya yang saya juga kurang faham tahapannya.
Proses tahlilan ini saya rasakan
sendiri saat kakek saya meninggal. Keluarga
kakek saya menjual tanahnya yang khusus beliau amanahkan kepada anak-anaknya
untuk digunakan sebagai dana tahlilan saat beliau wafat. Dana yang dikeluarkan
tidak sedikit mengigat beliau tinggal didaerah perkampungan yang masih sangat
kental budayanya sehingga banyak orang yang datang untuk menghadiri tahlilan
beliau dari hari pertama sampai proses terkahir. Saat beliau disholatkan banyak
orang yang hadir mensholatkan beliau dan ternyata paman saya ada yang tidak ikut
mensholati namun malah standby didepan pintu masjid menyediakan beras dan
amplop berisi uang untuk orang yang datang mensholatkan almarhum kakek saya. Lohh???
Selanjutnya pada saat tahlilan
dihari yang sudah ditentukan pun begitu, keluarga besar saya menyediakan
makanan yang di wadahi 'besek' beserta lauhnya dan tidak lupa amplop yang sudah
diisi uang. Prosesi ini berjalan hingga waktu yang sudah di tentukan.
Sebenarnya saya biasa saja dengan hal
yang seperti ini karena hampir semua tetangga saya pun melaksanakan proses
tahlilan. Namun yang memprihatinkan dari proses tahlilan yang ada dikampung
halaman saya adalah kenyataan bahwa tetangga atau orang sekitar enggan datang
mensholatkan, melayat atau mendoakan jika diketahui orang yang meninggal adalah
orang tidak mampu. Rumahnya sepi tanpa pengunjung pelayat jika ternyata
keluarga yang meninggal tidak menyediakan makanan atau uang untuk para pelayat.
Belum lagi gunjingan/ gosip yang bertebaran disekitar masyarakat jika keluarga
yang meninggal hanya memberikan makanan sekedarnya dan isi amplop yang minim, atau
keluarga yang meninggal tidak melaksanakan tahlilan. Ada yang mengatakan
"Ah itu mah muhammadiyah, kalau ada yang meninggal diperlakukan kaya
bangkai. Di kubur begitu saja" atau '"Ah itu mah keluarganya ga
mampu, ga punya simpenan dana buat tahlilan makanya ngasihnya cuma
seadanya" atau "Ihh keluarga
macam apa itu ga kasihan sama yang meninggal, ga diselamatin/ ditahlilkan
supaya tenang " dan masih banyak lagi gunjingan lainnya. Dan gunjingan
yang seperti ini terjadi di daerah tempat tinggal saya sendiri. Sungguh sangat
membuat sesak hati.
Jika kenyataannya seperti itu, apa
gunanya mengadakan tahlilan yang justru mengundang gibah, cemooh, riya, dan
lain sebagainya? Saya yakin para orang terdahulu yang melaksanakan tahlilan
mungkin niatannya adalah untuk mendoakan dan sedekah. Tapi jika yang terjadi
dilapangan seperti itu adanya maka ini akan menjadi beban bagi keluarga yang
ditinggalkan. Ini akan menjadi ajang orang yang masih hidup untuk mengais
rezeki diatas penderitaan orang lain. Tahlilan yang seperti ini hanya akan
membuat terjadinya kesenjangan sosial antara yang kaya dan yang miskin dimana
mereka yang miskin menjadi objek diskriminasi sosial oleh masyarkat sekitar.
Belum lagi bagi sang mayit yang sedang dimintai petanggung jawabannya
diakhirat, apakah doa para pelayat yang seperti itu sampai ke almarhum/
almarhumah jika niatnya hanya untuk mendapatkan uang? Lantas dimana manfaatnya?
Ini menjadi problematika yang
terjadi pada masyarakat Indonesia, terutama di daerah perkampungan yang masih
menganut budaya yang begitu kental dan kolot akan sendi-sendi agama yang berbau
tradisi. Terlepas dari apakah Tahlilan termasuk bid'ah atau tidak, saya hanya
ingin menyampaikan bahwasannya Allah Ta’ala berfirman,
وَأَنْ لَيْسَ لِلإنْسَانِ إِلا مَا سَعَى
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.”
(QS. An Najm: 39).
Kita akan mendapat pahala dari apa yang kita kerjakan. Wallahu a'lam untuk doa muslim akan diterima dan sampai kepada mayit atau tidak saya belum ada ilmu sampai kesana. Namun tidak menutupi kemungkinan bisa sampai kepada mayit karena ada firman Allah dan hadist yang mengataka bahwa doa kaum muslimin untuk muslim yang lainnya adalah sesuatu yang baik dan diperbolehkan. Dan seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa ada 3 amalan yang tidak terputus saat kita meninggal kelak yaitu :
1. Sedekah jariyah
2. ilmu yang bermanfaat sesudahnya
3. anak yang shalih yang mendo’akannya
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Kalau difikir-fikir lebih jauh, jika ada yang sudah jelas dalilnya mengapa kita menambah sesuatu yang misal belum ada dasarnya atau masih meragukan dan justru tambahan tersebut malah merepotkan/menyusahkan kita.
Saya teringat ucapan ustad Khalid "Apa susahnya kita melakukan sesuatu yang sudah Rasulallah contohkan?" .Iya juga sih, apa susahnya ya? Yang dicontohkan Rasulallah lebih simple, sederhana, tidak menyulitkan umatnya, dan yang pasti apa yang Rasulallah ajarkan insyaAllah sudah mendapat Ridho dari Allah.Lantas buat apa kita mempersulit diri?
Untuk masalah amalan-amalan apa saja yang bermanfaat bagi mayit, akhi dan ukhti bisa baca lebih jelasnya di web berikut :
https://muslim.or.id/5798-amalan-yang-bermanfaat-bagi-mayit.html
http://hukum-islam.net/apakah-doa-kepada-orang-yang-meninggal-bisa-sampai/
https://almanhaj.or.id/2909-ibadah-dan-amalan-yang-bermanfaat-bagi-mayit.html
Selain masalah tahlilan, ada lagi yang sering menjadi sorotan umat muslim yaitu tentang Maulid Nabi. Ya, banyak perbedaan tentang hukum Maulid Nabi. Ada yang mengatakan bahwa ini adalah Bid'ah karena tidak pernah dicontohkan oleh Rasul maupun sahabat. Namun ada juga yang mengerjakan dengan alasan untuk mengagungkan Rasulallah. Dua-duanya pendapat yang baik bagi saya. Pada intinya kedua pendapat itu adalah untuk menjunjung Rasulallah yang satu dengan cara hanya mengamalkan apa yang Nabi dan sahabatnya contohkan, dan yang satunya lagi dengan melakukan Maulid Nabi agar hari kelahiran Nabi tetap diingat dan berharap mendapat keberkahan darinya. Dua-duanya sama-sama mencintai Rasulallah dengan cara yang berbeda dan dengan landasan masing-masing.
Belum lagi masalah surat Alfatihah. Ada yang mengatakan bid'ah ada juga yang bilang bukan. Hingga kasus artis Teuku Wisnu yang di singgung dan di komentari negatif ini dan itu hanya karena dia mengatakan Al-Fatihah adalah bid'ah disalah satu stasiun TV Swasta. Wallahu a'lam, kita hanya manusia yang punya salah dan khilaf. Kita punya pendapat yang kita ambil dari berbagai sumber, kenapa harus sibuk mencela dan mengomentari orang lain jika memang kita tidak setuju atau mungkin beda pendapat. "Ini soal agama Mel, perlu diluruskan". Memang betul urusan agama itu tidak bisa di anggap remeh dan harus di luruskan jika sudah mulai ada yang tidak benar, namun selama pendapat tersebut tidak bertentangan dengan Al-Quran dan Hadist kenapa tidak? Masih banyak diluar sana yang pendapatnya justru melenceng kemana-kemana. Ke Al-Quran tidak, ke Hadist tidak, bahkan ke ulama juga tidak. Yang seperti ini yang perlu mendapat perhatian dan perlu diluruskan agar tidak semakin jauh dan membuat perpecahan islam.
Saya tidak mendukung pihak manapun dalam
hal ini. Saya juga tidak melarang orang lain untuk tahlilan ataupun membenci dan
mengkafirkan mereka yang melaksanakan tahlilan karena keluarga saya juga melakukannya.
Disini saya hanya menyampaikan pendapat saya saja yang didukung oleh penjelasan
dari kajian Ustadz Khalid. Saya punya pendapat yang sesuai dengan prinsip saya
sehingga tidak perlu membenci pihak yang tidak sesuai dengan prinsip saya
karena hanya akan menyebabkan perpecahan.
Saya tidak membenci proses tahlilan dan
maulid nabi yang ada, hanya saja amat disayangkan jika niat atau esensi
tahlilan dan maulid yang sebenarnya baik harus ternodai dengan niat buruk
manusia yang salah pemahaman. Syukur alhamdulillah jika masih ada manusia yang
lurus niatnya, dan semoga yang niatnnya sudah mulai bengkok di beri hidayah
oleh Allah. Aamiin..
Jujur saya bukan golongan
Muhammadiyah atau golongan islam yang lain yang banyak orang lain sebut sebagai
golongan islam yang fanatik, atau sebutan lainnya. Agama saya Islam, dan Islam
hanya satu. Agama yang Allah Ridhoi hanya Islam. Hanya itu yang bisa jawab jika
saya ditanya aliran agama saya apa.
http://www.nu.or.id |
Banyak umat muslim disana saling
mengkafirkan satu sama lain hanya karena beda golongan. Saling menyalahkan
golongan satu dengan yang lain dan merasa prinsipnya paling benar tidak mau
menerima masukan dari golongan yang lain. Subhanallah kenapa kita, sesama umat
muslim harus benci dan berselisih hanya karena perbedaan pendapat dalam
menafsirkan Al-Quran atau Hadist?Jika terlalu sulit menerima atau mencerna apa
yang ada di Al-Quran dan hadist, kita punya banyak ulama yang masing-masing
juga punya pendapat tentang hukum-hukum islam dan mereka insyaAllah ilmunya
tidaklah dangkal seperti kita sekarang kebanyaka yang ilmunya dangkal tapi
bicaranya banyak dan tidak punya dasar yang kuat. Kita bisa ambil pendapat mereka dan
sesuaikan/cocokkan/dipadukan dengan Al-Quran dan hadist, jika sesuai dan tidak
menyimpang dari syariat islam monggo dikerjakan sesuai dengan prinsip kita. Jika
ada yang tidak sesuai, kita juga berhak untuk tidak mengikutinya. Kan mudah
toh?
Pada intinya aturan Allah tidak
pernah memberatkan hamba-Nya. Begitupun denganpa yang diajarkan Rasulallah,
tidak ada yang tujuannya untuk membuat kita selaku umatnya menjadi terbebani
dan merasa disulitkan. Jika ada perbedaan dalam menafsirkan Al-Quran dan hadist
itu adalah sesuatu yang wajar. Perbedaan itu membuat kita jadi berfikir untuk
memilih mana yang baik dan tepat dari sekian banyak pendapat yang ada. Allah
menciptakan manusia dengan akal dan fikiran yang bisa digunakan untuk
membedakan mana yang baik dan yang buruk. Jika dunia ini semuanya sama dan
tidak ada perbedaan pendapat lantas apa gunanya akal fikiran yang Allah
ciptakan?
Wahai akhi dan ukhti yang semoga di
rahmati Allah, kita sebagai manusia sudah punya tugas dan tanggung jawab untuk
beribadah sesuai dengan apa yang di perintahkan Allah dan Rasul-Nya. Ibadah
wajib kita padat, belum lagi ditambah sunnah. Yang wajib saja belum tentu
dilaksanakan semua, betul? Contohnya, berjilbab. Wanita diwajibkan berjilbab,
lantas sudahkah kita berjilbab sesuai dengan hukum syari? Lalu masih adakah
diluar sana wanita yang belum berjilbab sibuk mengkafirkan, membenci, atau mengolok-olok
orang yang tidak sependapat dengannya tentang sesuatu yang berbau bid'ah? Masih
adakah wanita diluar sana yang sibuk melakukan ibadah yang
tidak kuat atau bahkan tidak ada dasarnya tapi meninggalkan perintah Allah
untuk berhijab yang sudah jelas hukumnya adalah wajib?
Bukan bermaksud menyuruh orang untuk
melakukan ibadah lain, tapi alangkah baiknya jika kita melaksanakan sesuatu
yang sudah jelas hukumnya dan lebih pasti ridho dan pahala Allah menanti dari
pada melakukan sesuatu yang belum jelas hukumnya.Jika kita disibukkan dengan
ibadah yang status hukumnya masih samar-samar berarti kita akan rugi pahala
jika menyia-nyiakan ibadah yang sudah jelas hukumnya. Betul tidak akhi dan ukhti?
Sok monggo akhi dan ukhti mau pilih
yang mana? Semua pilihan ada ditangan akhi dan ukhti, yang jelas semoga pilihan
itu tidak berdasarkan hawa nafsu. Dan semoga pilihan yang kita ambil diridhoi
oleh Allah.
Jurnalmuslim.com |
Sampai disini saja ya ulasannya,
semoga bermanfaat bagi semuanya. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan
dihati pembaca. Saya hanya manusia biasa yang jauh dari kata sempurna. Karena hanya Allah lah satu-satunya zat yang
Maha Sempurna. Jika ada pendapat yang tidak sesuai dengan tulisan saya mohon
maaf karena saya sendiri juga bukanlah orang yang sudah pandai ilmu agama
sehingga wajar jika tulisan saya masih banyak kurangnya.
Wallahu a'lam..
Syukron. Wassalamu'alaykum. :)
Komentar
Posting Komentar