Alasan Apa Lagi, Ukhti?

Selamat datang lagi wahai akhi yang soleh dan ukhti yang solehah. Terima kasih masih bersedia mampir ke blog Melan. Bagaimana hari ini? Semoga semua aktifitas yang kita lakukan selalu di ridhoi Allah SWT. Aamiin.. :)

Sekarang saya ingin berbagi opini soal jilbab. Saya tidak bosan-bosan menulis dengan topik jilbab. Kenapa? Karena topik tentang jilbab ini sangat menarik untuk diulas dan tidak akan pernah bosan untuk didiskusikan. Saya sangat menyadari bahwa jilbab itu sangat penting untuk dibahas karena memang jilbab adalah identitas seorang muslimah.  

Semua manusia berhak menentukan pilihan hidupnya selama pilihan itu tidak mengganggu kehidupan orang lain, termasuk berjilbab. Di Indonesia memakai jilbab adalah pilihan, entah kalau di negara lain. Mungkin ada yang diwajibkan dan mungkin ada juga yang tidak diwajibkan seperti di negara kita. Padahal berjilbab dalam islam itu hukumnya adalah W-A-J-I-B. Tahukan maksudnya wajib? Iya bener. Dilaksanakan mendapat pahala dan jika ditinggalkan mendapat dosa. Sekarang tinggal pilih, mau melaksanakan kewajiban dan mendapat pahala atau meninggalkan kewajiban dan mendapat dosa? Sekali lagi, itu hak setiap manusia. Tetapi Allah juga berhak memberikan teguran kepada setiap hamba-Nya yang Dia kehendaki, jadi jangan marah ya kalau Allah menggunakan hak-Nya juga kepada kita yang masa bodo dengan aturan Allah.

Dalam Al ~ Qur'an surat An - Nur (24): 31, Allah Berfirman, yang artinya :
Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan yang beriman, supaya mereka menahan sebagian penglihatan, memelihara kehormatannya dan tiada memperlihatkan perhiasannya (tubuhnya) selain dari yang nyata (mesti terbuka - muka dan tangan). Dan hendaklah mereka sampaikan kudungnya ke leher dan dadanya, dan tiada memperlihatkan perhiasannya (tubuhnya), kecuali kepada suaminya, bapaknya, bapak suaminya, anak-anaknya, anak-anak suaminya, saudara-saudaranya, anak saudara-saudaranya, anak-anak saudara perempuan sesama perempuan, hamba sahaya kepunyaannya, laki-laki yang menjalankan kewajibannya tetapi tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), dan anak-anak yang belum mempunyai pengertian kepada aurat perempuan. Dan janganlah mereka pukulkan kakinya, supaya diketahui orang perhiasannya yang tersembunyi. Dan tobatlah kamu semuanya kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung
Dalil Al-Quran diatas adalah firman Allah yang mewajibkan setiap muslimah untuk berjilbab sesuai dengan syariat islam. Dalam firman Allah tersebut dijelaskan bagaimana memakai jilbab yang baik dan kepada siapa saja aurat wanita muslim boleh diperlihatkan. Wahai muslimah ketahuilah bahwa dibalik aturan Allah yang tercantum diayat tersebut terlihat jelas kasih sayang Allah terhadap hambanya, terutama wanita.



Sebagian wanita muslim mungkin merasa keberatan ketika disuruh berjilbab. Banyak alasan yang mereka kemukakan seperti tuntutan pekerjaan, tidak Percaya Diri, dilarang pacar, takut dibilang sok alim, takut gak cantik kalau pakai jilbab, dan lain sebagainya. Dan yang paling andalan adalah alasan ‘Belum Siap’.

Wahai ukhti, alasan apapun yang diutarakan oleh kita tidak akan mengubah ketentuan Allah yang tetap memerintahkan wanita muslim untuk berjilbab. Allah selalu punya tujuan yang baik ketika memerintahkan sesuatu kepada hamba-Nya. Alasan tuntutan pekerjaan itu sungguh sebuah sikap yang menunjukan rasa tidak bersyukur pada Allah. Bagaimana bisa seorang wanita rela melepas jilbabnya hanya karena pekerjaan? Jika ada suatu perusahaan yang melarang karyawan atau pegawainya memakai jilbab, jelas perusahaan itu sedang berusaha meruntuhkan pondasi iman karyawannya yang muslim. Berfikirlah yang jernih dan rasional wahai ukhti. Yang memberi rezeki siapa? Ukhti yakin mau melawan yang memberi ukhti rezeki? Ukhti gak takut kalau rezeki ukhti justru akan dicabut oleh Allah karena berani melawan aturannya hanya karena takut oleh atasan ukhti atau mungkin karena upah yang besar? Yakinlah ukhti bahwa ketika ukhti diberi cobaan berupa perintah melepas jilbab oleh atasan itu merupakan ujian iman. Allah ingin mengetest sejauh mana ukhti bersyukur atas nikmat-Nya. Sejauh mana iman ukhti bertahan ketika dihadapkan oleh uang. Sekali lagi ukhti, coba fikirkan kembali...

                Alasan gak PD dan takut gak cantik, ini alasan yang mengada-ada menurut saya. Percaya Diri akan hadir seiring berjalannya waktu. Kalau awal-awalnya merasa tidak nyaman, insyaAllah kedepannya akan merasa nyaman karena sudah terbiasa. Malah kalau yang benar-benar sudah merasakan manfaat berjilbab akan malu, minder dan takut kalau tidak pakai jilbab. Coba deh sekarang tanya laki-laki muslim, cantikan wanita berjilbab apa yang tidak berjilbab. Kalau laki-laki itu muslim sejati, pasti akan mengatakan wanita yang berjilbab lebih cantik. Dan coba perhatikan juga di sekeliling kita tidak sedikit orang yang mengatakan “ihh si A ternyata lebih cantik ketika berjilbab ya. Lebih rapih dan lebih kelihatan aura kecantikannya ”. iya kan? jadi jangan takut akan terlihat tidak cantik. Oke muslimah? :) 

Nahhh...Yang tidak masuk akal adalah alasan dilarang pacar. Gubrak!!!!! Capek deh.Ini yakin ukhti mau berhubungan dengan laki-laki seperti itu? Ukhti gak buta hati atau apapun kan? Ukhti yakin laki-laki seperti itu bisa jadi imam yang baik dalam rumah tangga nanti? Saya tidak ingin menjabarkan panjang lebar tentang hal ini. Saya yakin ukhti bisa memilih laki-laki yang baik. Saya yakin ukhti tidak mau memiliki imam yang dzalim. Iya toh? Jadi ukhti jawab sendiri ya.. :)

Alasan berikutnya adalah takut dibilang sok alim? Wahai ukhti, yang tahu dalamnya hati manusia hanya Allah SWT. Manusia yang satu tidak akan bisa mengetahui isi hati manusia yang lain. Jika ada yang mengatakan sok alim, ya sudah biarkan saja. Itu opini orang yang iri. Percaya atau tidak justru orang yang bicara seperti itu sebenarnya ingin pula berjilbab seperti kita, hanya saja dia malu untuk memulai. Itu kalau yang wanita ya. Kalau laki-laki yang bilang sok alim, justru sebenarnya dia ingin punya wanita yang solehah. Sejahat-jahatnya laki-laki pasti ingin dapat wanita yang baik. Percaya deh... :)

Ada lagi yang berkata “ Jilbabin hatinya aja dulu deh, jangan kepalanya doang. Percuma kepala dipakein jilbab tapi hati mah busuk ”. Wahai ukhti, tidak salah jika ada orang yang menilai seperti itu.  Siapa sih yang tidak jengkel melihat wanita yang tampilan luarnya baik, berjilbab dan sopan tapi justru kelakuannya tidak mencerminkan seorang muslimah. Hal seperti ini banyak terjadi, misalnya berjilbab kok pacaran udah kaya suami istri aja, pegangan tangan didepan umum, umbar kata-kata manis dijejaring sosial, dan suka foto mesra sama pacarnya. Berjilbab kok MBA ( Married By Accident). Berjilbab kok melawan orang tua. Berjilbab kok suka kelayaban malam tidak jelas. Berjilbab kok kata-katanya tidak sopan sering keluar nama binatang dari mulutnya, dan lain sebagainya.  Jilbabnya cuma topeng, begitulah penilaian orang terhadap wanita yang akhlaknya kurang baik. Jujur, kalau saya boleh bilang, mungkin wanita yang seperti itu adalah wanita yang berjilbab bukan karena ingin ibadah pada Allah, tapi hanya karena ikut-ikutan tren mode zaman sekarang.

Wanita yang berjilbab karena taat pada Allah, insyaAllah tidak akan berakhlak seperti contoh diatas. Kenapa? Karena sesungguhnya jilbab yang dipakai dengan penuh keikhlasan, ketakwaan, dan keimanan yang kuat pada Allah justru akan menjadi tameng akhlak bagi si wanita. Dengan berjilbab wanita akan merasa takut dan malu jika hendak berlaku yang tidak baik. Wanita akan takut dan malu pada Allah, bukan takut dan malu pada manusia. Secara tidak sadar hati wanita yang berjilbab karena Allah akan menolak semua tindakan yang buruk, karena hati ini sesungguhnya milik Allah. Allah lah yang membulak-balikkan hati manusia. Selalu ada Allah di hati setiap orang yang ikhlas beibadah kepada-Nya. Jadi jika kita sebagai muslimah yang berjilbab masih berlaku kurang baik, coba renungkan dalam hati sudahkan Allah ada dihati kita?


Terakhir adalah alasan belum siap, ini alasan klasik sebenarnya. Siap atau tidak siap itu tergantung hati ukhti. Jika hati ukhti yakin bahwa dengan berjilbab akan mendatangkan pahala pasti ukhti akan siap memakai jilbab. Siapa yang tidak siap menerima pahala? Pasti seneng kan dapat pahala?

 Begini saja, Jika kita selalu tidak siap dalam menjalankan perintah Allah, memangnya kita bisa menolak ajal yang datang pada kita? Ajalkan tidak kenal siap atau tidak. Ajal datang kapanpun, dimanapun, dan pada siapapun. Memangnya kita bisa menawar ajal kita kalau Allah sudah berkehendak? Misal begini “ya Allah saya belum siap mati, nanti saja ya kalau sudah siap “. Mana bisa wahai manusia.  Begitupun sebaliknya, Allah tidak menyediakan forum tawar menawar atas aturan-Nya. Siapa sih yang suka ditawar-tawar? Seorang pedagang saja kalau dagangannya ditawar pasti jengkel.

Jika kita selalu bilang belum siap, ya sampai ajal menjemput juga tidak akan siap kalau tidak dimulai dari hati. Semua itu dimulai dari niat. Jika dari awal kita berniat untuk beribadah kepada Allah, pasti semua akan terasa ringan. Tidak ada yang sulit kalau memang kita ikhlas menjalani semua perintah Allah, tidak banyak protes.

                Lalu sekarang alasan apa lagi? Alasan menunggu Hidayah dari Allah? Wahai ukhti, hidayah itu bukan ditunggu, tapi dicari. Hidayah itu tidak akan datang jika kita tidak mencarinya. Hidayah Allah itu datang setiap saat dihadapan kita, hanya saja kita yang tidak peka. Tidak mau membuka mata dan hati untuk mempersilahkan hidayah itu masuk kedalam jiwa kita. Kita seolah buta dan tidak mau peduli bahwa hidayah itu sudah datang sejak lama. Hidayah itu senantiasa selalu berusaha mengetuk pintu hati kita, tapi tidak kunjung dibuka. Sekarang tinggal hati kita nya yang mau terbuka dan menerima tamu hidayah itu atau tetap tertutup berpura-pura tidak mendengar suara ketukan hidayah dan membiarkan hidayah itu berlalu pulang.

                Lihatlah orang-orang yang sudah menjeput hidayah Allah, mereka tidak semata-mata diam ditempat menunggu hidayah datang. Orang-orang yang sudah berhasil melalui masa-masa kelamnya dan sekarang berubah menjadi manusia yang lebih baik itu prosesnya tidaklah mudah. Mereka berjuang sekuat hati untuk bisa berubah. Mereka banyak mengalami hal-hal yang tidak diinginkan. Seperti dicemooh, di bilang munafik, dibilang pencitraan, dibilang labil, dan lain sebagainya, Yang membuat mereka semua kuat dengan semua cemoohan itu adalah Allah. Mereka percaya Allah akan menemani mereka disaat-saat seperti itu. Percaya lah Allah selalu bersama dengan orang-orang yang mau berubah menuju lebih baik, menuju jalan-Nya.

Sekarang begini saja, bagi ukhti yang belum terbiasa berjilbab/berhijab mungkin akan merasa tidak nyaman dan malu. Pelan-pelan saja mulainya. Pertama dengan memulai memakai baju panjang. Pakain yang tertutup rapih. Celana/rok panjang dan baju panjang. Rasakan bedanya antara memakai pakaian yang terbuka dengan pakaian yang tertutup rapih. Saya yakin nyaman pakai baju yang tertutup. Lebih terjaga dari mata-mata yang berseliweran, lebih terlindung dari sinar matahari yang zaman sekarang berbahaya bagi kulit manusia. Yahh tahulah ya karena efek global warming, lebih merasa tenang hatinya karena merasa tidak akan ada laki-laki iseng yang menggoda dan mendzalimi. Betul tidak?? Nah setelah memakai pakaian yang tertutup rapih coba dengan menutup mahkota kita (rambut ) dengan jilbab. Kalau malu pakai jilbab dengan bahan yang panjang dan tebal, mulai lah dengan memakai jilbab dengan bahan yang sesuai dengan kenyamanan ukhti saja dulu. Mau pakai yang model pashmina, mau model paris, mau model syar’i dan lain-lain silahkan dipilih. Sekali lagi, pakai dulu yang nyaman menurut ukhti. Nahhh nanti ketika sudah mulai terbiasa dengan pakaian yang serba tertutup dari kepala hingga kaki pasti ukhti akan mulai merasakan perbedaan yang nyata dari yang awalnya tidak memakai jilbab dan dengan memakai jilbab. Dengan seiring waktu ukhti nanti akan bisa memilih jilbab mana yang lebih baik untuk ukhti. Jilbab yang bagaimana yang Allah perintahkan di dalam Al-Quran, jilbab yang lebih melindungi wanita dari segala kedzaliman dunia dan jilbab yang bisa membawa ukhti pada keridhan Allah.

Saya membuat opini seperti ini bukan berarti saya sudah sempurna dalam melaksanakan perintah Allah. Sungguh, saya masih seorang hamba yang penuh kekurangan, penuh dosa, dan penuh khilaf. Tempatnya salah dan tempatnya ketidak sempurnaan. Sama sekali tidak ada niatan untuk menggurui atau sok bener sendiri. Sebenarnya dengan membuat tulisan seperti ini, saya juga sambil belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Saya hanya ingin berbagi apa yang ada difikiran saya.

Semoga tulisan ini bermanfaat dan mohon maaf jika ada kata-kata yang tidak berkenan di hati pembaca.
Syukron... :)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibu, Aku Ingin Bebas

Ilmu Dunia SARJANA Tapi Ilmu Agama Cuma TK ???

Al-Khawarizmi