Ada Allah Dalam Hijrah Ku


Assalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh.

               Bagaimana kabarnya akhi dan ukhti semuanya? Semoga senantiasa dalam lindungan Allah dan kasih sayangnya. Aamiin.. 

                Tulisan ini saya buat dalam rangka memenuhi tugas BTB (Buat Tugas Bahagia) kelas Khadijah pekan kedua di Sekolah Bidadari Surga 2 yang sedang saya ikuti. Kebetulan temanya adalah Hijrah Ku Karena Allah. Semoga sih sesuai dengan temanya dan semoga bermanfaat bagi pembaca. 

          Hijrah. Apa yang ada di fikiran kita jika mendengar kata hijrah? Sebagian orang pasti mengartikannya sebagai suatu tindakan untuk berubah dari keadaan yang belum baik menjadi baik atau lebih baik. Ya, saya pun begitu.

            Terlepas dari makna hijrah yang sesungguhnya, izinkan saya mendefinisikan hijrah sesuai dengan kata-kata dan pemahaman yang saya miliki. Hijrah menurut saya adalah suatu proses memperbaiki kualitas diri menjadi lebih baik. Ada dua kata yang didalamnya memiliki peran dan makna penting yaitu Proses dan Kualitas diri.


           Saya menyebut hijrah sebagai suatu proses karena saat kita hendak memperbaiki diri ini menjadi lebih baik butuh waktu yang tidak sebentar melainkan cukup panjang dan kontinu atau  berkelanjutan. Hijrah bukan hanya 1-2 hari, 1-2 bulan, atau 1-2 tahun. Proses memperbaiki diri akan terus berjalan seiring dengan bertambahnya ilmu dan pemahaman kita tentang islam yang semakin lama kita mendalaminya justru diri ini akan semakin kecil dan hina di hadapan Allah karena keluasan ilmu-Nya.

    Yang kedua tentang Kualitas diri. Hijrah itu bukan sesuatu yang bersifat hitung-hitungan nyata yang terlihat diluar, namun hijrah itu lebih menyangkut kepribadian yang tertanam dalam diri kita. Bukan soal berubahnya baju kita, bukan soal bertambahnya sedekah kita, bukan soal bertambahnya teman soleh/solehah kita, bukan juga soal seringnya kita menghadiri kajian diluar sana. Ya itu memang baik, namun yang lebih baik dari itu semua adalah ketakwaan dan ketawadhuan kita kepada Allah. Kualitas bukan hanya kuantitas saja yang Allah ridhoi dari proses hijrah kita. Percuma jika kita sering kajian, banyak sedekah, banyak punya baju gamis dan teman sholeh/ solehah namun kualitas dari ibadah yang kita jalani nilainya 0.  Bagaimana bisa nilainya 0, padahal kan itu semua baik? Semua akan bernilai 0 (nol) jika kita hijrah bukan dan tanpa melibatkan Allah. Hijrah yang hanya karena gengsi, nafsu, ikut-ikutan, dan karena niatnya untuk orang lain. Allah Maha Mengetahui kualitas diri kita, jadi jangan pernah mencoba mengelabui Allah dengan sesuatu yang bersifat kuantitas.

            Hijrah memang terlihat mudah bagi sebagian kalangan, namun bagi orang yang sudah merasakan prosesnya justru hijrah merupakan langkah yang memerlukan tekad yang kuat bukan hanya sekedar langkah sembarangan. Mengapa hijrah butuh tekad yang kuat? Seperti yang sudah saya katakan bahwa hijrah itu adalah proses yang akan terus berjalan, bukan untuk waktu yang sebentar. Keistiqamahan sangat penting dalam berhijrah. Jika hijrah tanpa niat dan azzam (tekad) yang kuat maka akan beresiko berbalik arah.

            Godaan akan datang silih berganti ketika kita memutuskan untuk berhijrah. Mulai dari cacian, pandangan orang yang meremehkan kita, memandang kita seperti orang asing, dicap orang yang sok alim, dijauhi teman, atau bahkan dilarang oleh keluarga kita sendiri. Jika iman, niat dan azzam kita tidak kuat maka kemungkinan besar kita akan menyerah dengan proses hijrah yang kita jalani.

            Saya ingin berbagi kisah sedikit tentang hijrah yang saya jalani. Dalam hal ini saya hijrah dalam hal kualitas pakaian. Eiitss bukan soal harga dan merknya ya, tapi kualitas disini maksudnya sesuai dengan standar syari yang sudah Allah tetapkan. Jujur, proses hijrah saya berjalan lambat karena saya memilih untuk melakukannya secara perlahan sesuai dengan kehendak hati. Ketika kita tulus melakukan sesuatu tanpa ada paksaan maka semua akan berjalan menyenangkan. Hijrah yang saya lakukan mulai dari mengganti celana jeans dengan celana bahan yang lebih longgar, lanjut memakai kaos kaki, lalu mendouble jilbab paris saya sehingga terlihat tebal, kemudian mengganti celana dengan rok, hingga pada akhirnya saya memantapkan memakai gamis dan menyempurnakan dengan hijab dengan warna dan model yang lebih simple (tidak mencolok dan menutup dada). Saya niatkan bahwa hijrah saya karena Allah maka saya berusaha untuk memenuhi standar kualitas pakaian yang Allah perintahkan.

            Semua saya lakukan dengan tanpa paksaan, lambat namun pasti. Sama dengan orang lain diuar sana yang mengalami ujian dan godaan dalam berhijrah, saya pun tidak luput dari semua itu. Awalnya teman-teman mengatakan bahwa saya seperti ibu-ibu dan ada juga tetangga rumah yang mengatakan kalau saya terlalu fanatik. Namun Alhamdulillah godaan dan ujian yang saya alami tidaklah berat. Hanya sebatas itu saja.

            Sejatinya dalam berhijrah kita hanya membutuhkan 1 hal. Niat karena Allah. Ya, Lillahita'ala. Ini terdengar sepele namun sangat krusial dan teramat sangat dibutuhkan dalam proses hijrah. Bukan hanya dalam berhijrah tapi dalam semua hal. Libatkan Allah dalam segala amalan / hal yang hendak kita lakukan. Dengan niat yang tulus karena Allah, Dia pasti akan membantu kita untuk tetap kuat ditengah badai godaan dan ujian-Nya.

        Banyak orang diluar sana yang menyepelekan niat. Padahal semua yang kita lakukan bergantung pada niat. Niat adalah inti dari segala hal yang akan kita lakukan. Penilaian Allah pun tergantung dari niat kita. Pahala akan kita raih jika niat kita benar dan Allah ridhoi. Maka jangan sepelekan niat.

إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ
Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907]
            Hijrah yang hanya bermodalkan gengsi, ikut-ikutan, dan karena untuk seseorang tanpa melibatkan Allah hanya akan membawa kita pada rasa bersalah, malu, dan tidak tenang. Hati kita merupakan salah satu ciptaan Allah yang tidak bisa kita bohongi. Kita bisa saja membohongi orang lain tentang hijrah kita, namun hati kita akan berkata dengan sangat jelas bahwa semua itu hanya palsu. Jika hati kita saja tidak bisa berbohong dengan diri sendiri, apalagi kepada Allah. Allah yang menciptakan hati kita, tidak ada satupun hal yang dapat kita sembunyikan dari-Nya. Niat yang buruk, yang tidak terlihat oleh manusia, akan terlihat jelas oleh Allah. Kita tidak bisa bersembunyi dari Allah, apalagi membohongi-Nya.

            Sekarang apa alasan kita untuk menunda hijrah ke arah yang lebih baik? Takut? Malu? Belum siap? Semua keraguan yang ada dalam diri kita akan musnah dalam 1 kali ucapan yaitu Lillahita'ala. Azzamkan diri ini untuk mengucapkan kalimat Lillahita'ala dan istiqamah menjalaninya maka semua keraguan akan Allah musnahkan dalam hati kita.

            Akhir kata saya mohon maaf jika tulisan saya tidak sempurna dan ada kata-kata yang kurang berkenan dihati. Semoga pembaca dapat memahami dan memaklumi setiap kata yang susun dan bisa menjadi inspirasi yang membawa kebaikan untuk banyak orang. 

Come on ukhti, mulailah dengan Bismillah ^_^

             Wassalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibu, Aku Ingin Bebas

Ilmu Dunia SARJANA Tapi Ilmu Agama Cuma TK ???

Al-Khawarizmi