Jika Surga dan Neraka Tak Pernah Ada
Assalamualaikum,
Akhi dan ukhti?
Kaifa halukum
? Semoga senantiasa dalam keadaan sehat dan dalam ridha Allah ya.. Amiin…
Belakangan ini
saya banyak mendapat pengalaman berharga dari cerita-cerita dan hasil diskusi
antara saya dengan orang –orang di sekitar.
Saya ingin
cerita saat berkumpul dengan atasan saya di malam tahun baru. Saat itu saya berkumpul dengan atasan saya dan 2 rekan kantor . Entah
ada angin apa tiba-tiba atasan saya memberikan tausiah dan motivasi yang sangat berkesan kepada saya dan dua rekan
kantor. Atasan saya bukan tipe orang yang religius dengan jenggot lebat, sorban
dikepala , baju gamis atau koko, dan dahi yang ada tanda hitamnya. Beliau malah
terkesan gaul. Lebih gaul dari kami-kami bawahannya.
Tausiah dan
motivasi yang beliau berikan didapat dari sebuah artikel dan tontonan video
youtube dari seorang ustadz yang memang dia kagumi. Simple namun mengena di
hati.Jujur, saat itu saya hampir menangis .Kan gak lucu atasan lagi kasih
motivasi eh saya nangis seperti lagi ikut training motivasi beneran. Hehehe.
Beliau
memulai dengan cerita hidup dan perjuangannya yang tidak biasa. Banyak hal
mengesankan yang sudah beliau lakukan selama hidupnya. Dan prinsip hidup beliau
pun berbeda dari kebanyakan orang. Ada
dua hal yang dia pegang, JANGAN MENYAKITI ORANG LAIN dan PERLAKUKAN MANUSIA
SELAYAKNYA MANUSIA.
Simple
memang, namun bagi saya justru itu banyak makna. Secara pribadi saya
mengartikan seperti ini : Hidup ini adalah sebuah perlombaan. Perlombaan
duniawi bagi mereka yang tidak menyadari kehadiran akhirat. Mereka yang serakah
akan mempertaruhkan segalanya demi mendapatkan hadiah tanpa memperdulikan itu
halal atau haram. Apapun akan mereka lakukan tanpa memikirkan orang lain. Untuk
mendapatkan hadiah dari perlombaan itu, orang- orang yang serakah akan
mengabaikan hati sesama manusia. Hati manusia tidak ada harganya bagi mereka.
Ketika hati seseorang sudah terluka, dan si empunya hati merasa sakit dengan
apa yang sudah kita lakukan,secara tidak sadar
itu merupakan sebuah bencana.
Sedalam-dalamnya
lautan masih bisa diukur, namun hati manusia tidak akan pernah ada yang bisa
mengukur kecuali dirinya sendiri dan Allah yang Maha Mengetahui. Jika seseorang merasa sakit hati dengan apa
yang kita lakukan, dan kemuian dia marah, maka itu akan berbuntut pada urusan
kita dengan Allah juga. Tahukah bahwa Allah menjabah doa orang yang terdzalimi?
Mungkin saja orang yang kita sakiti itu benar-benar merasa terdzalimi dengan
apa yang kita lakukan , kemudian dia berdoa pada Allah untuk memberikan kita
teguran.
Ketika
Allah menjabah doa orang yang tersakiti, tiba-tiba hidup ini terasa sulit. Apa
yang kita lakukan? Menyalahkan Allah dengan musibah yang kita terima?Mengutuk
takdir?Marah pada diri sendiri? Marah pada orang-orang yang tidak seharusnya
mendengar limpahan rasa kesal kita?
Bagi mereka
yang tidak menyadari kehadiran Allah dalam setiap hal yang terjadi dimuka bumi
ini akan merasa Allah tidak adil dan meratapi nasib. Rasa tidak beruntung,
dibenci oleh orang lain, dan hidup yang penuh kesengsaraan, disitu dia merasa
hidup ini sulit, penuh perlombaan, dan kejam.
Tapi bagi
orang yang selalu sadar bahwa Allah selalu ada menemani kita disaat suka dan
duka akan ikhlas menjalani hidup ini tanpa mengeluh. Orang-orang yang pandai
bersyukur akan memahami bahwa hakikat hidup ini bukan untuk dunia, tapi untuk
akhirat. Semua berujung di akhirat. Semuanya, tanpa terkecuali. Mau itu yang
kaya, miskin, jelek, cantik, islam, atau bukan islam, terkenal dan tidak
terkenal. Allah akan menghisab dan
meminta pertanggung jawaban dari kita
semua di muka bumi ini.
selanjutnya, prinsip hidup “perlakukan manusia selayaknya manusia”. Ini penting loh. Jika kita ingin diri kita dihormati, maka perlakukan lah orang lain seperti kita ingin diperlakukan. Jangan merendahkan derajat orang lain hanya karena kita lebih tinggi kedudukannya di dunia. Jangan memandang orang lain lebih buruk dari kita seolah-olah kita ini makhluk paling sempurna tanpa cela. Jangan memandang orang tidak punya kemampuan apa-apa dan merasa diri kita hebat melebihi orang lain dengan kemampuan yang kita miliki.
Jaman
sekarang sering kita lihat di televisi majikan menganiaya pembantunya, atasan
memperlaukan bawahan dengan tidak manusiawi, dan lain sebagainya. Tidakkah kita
berfikir bahwa kita diciptakan oleh pencipta yang sama? Tidak kah kita berfikir
bahwa kita memiliki kedudukan yang sama di mata Allah dari segi apapun kecuali
ketakwaannya? Tidakkah kita berfikir bahwa Allah sama sekali tidak menyukai
kekerasan?
Sebelum
kita melakukan suatu tindakan hendaklah kita berfikir jauh kedepan. Allah hanya
memandang manusia dari ketakwaannya saja. Tidak memandang dari segi apapun.
Perlakukanlah orang lain seperti kita hendak di perlakukan. Memang kita mau di injak-injak
orang lain? Kita mau di hina dan di caci maki orang lain? Kita mau dipukul dan
diperlakukan seperti binatang? Tidak kan?
Jadi sebelum kita melakukan tindakan kejam atau pun tindakan yang
menyakiti fisik dan hati orang lain coba bayangkan kita yang berda di posisi
mereka.
Usai
berbincang-binang soal prinsip hidupnya, atasan saya beralih ke arah ibadah.
Beliau menerangkan kepada saya dan rekan soal hakikat beribadah. Sebenarnya
apasih tujuan kita beribadah kepada Allah?Ingin mendapat pujian?Ingin mendapat
pahala dari Allah?Ingin mendapatkan ketenangan hidup?Ingin mendapatkan
kekayaan?Dan masih banyak lagi alasan lainnya.
Atasan
saya menceritakan soal hal ini berdasarkan ceramah ustad yang ia kagumi. Saya
lupa siapa nama ustadz tersebut. Ustadz itu bilang bahwa selama ini kebanyakan
manusia beribadah kepada Allah itu dengan rasa RIYA'. Tahu Riya'?
Menurut Imam Al-Ghazali, Riya' ialahMencari kedudukan pada hati
manusia dengan memperlihatkan kepada mereka hal-hal kebaikan. Singkatnya, Riya' itu sifat ingin pamer, tidak ikhlas, dan ingin segala yang kita lakukan dapat imbalan, diketahui dan dipuji. Bahkan meskipun kita beribadah dengan tujuan ingin
mendapat pahala dan sebagai rasa tanggung ajwab sebagai seorang hamba Allah,
itu juga dibilang Riya' oleh sang ustadz.
Lah
kok bisa?Ya, dia bilang selama ini kita beribadah mengharpan imbalan dari
Allah. Mengharap pahala, mengharap Allah memudahkan urusan kita, mengharap
Allah mengampuni dosa kita, mengharap Allah memberi rezeki berlimpah, dan lain
sebagainya. Right?
www.Idiilampung.com |
Ya,
betul itu. Kita selama ini berharap Allah memberikan kita segala sesuatu yang
kita butuhkan dan kita inginkan. Contoh, dengan bersedekah kita ingin Allah
membalas kebaikan kita dengan memberikan rezeki yang berlipat-lipat dari uang
yang kita keluarkan.Kita sholat karena ingin Allah memudahkan urusan kita. Kita
membantu orang karena ingin Allah memberikan pahala untuk bekal kita diakhirat.
Sadarkah kita bahwa semua yang kita lakukan dalam hal ibadah
berujung untuk kebaikan kita sendiri?
Pernahkah
kita melakukan ibadah bukan untuk kebaikan diri kita tapi ikhlas untuk Allah
semata. Tanpa mengharap imbalan apapun dari Allah?Ikhlas kah kita bersujud
pagi, siang, dan malam hanya untuk semata?
Tiap
hari kita diberikan nikmat sehat dan iman apakah itu belum cukup? Tiap hari
kita masih bisa bernafas tanpa bayar apakah itu juga belum cukup? Padahal kita
tahu biaya untuk tabung oksigen itu mahalnya luar biasa. Kita yang masih sehat
diberikan oksigen gratis oleh Allah masih juga ingin imbalan lain?
Mendengar
semua yang dia ceritakan saya menjadi malu sendiri. Malu pada Allah.Betul
selama ini saya RIYA' pada Allah. Mengharap pahala untuk kebaikan saya di
akhirat, mengharapkan kemudahan dalam setiap urusan, dan harapan lainnya. Saya
tidak pernah berfikir bahwa saya melakukan ibadah sebagai wujud rasa syukur
saya kepada Allah. Bukan sebagai tanggung jawab ataupun rasa paksaan.
Saya
jadi teringat lagu yang dinyanyikan oleh Almarhum Chrisye yang menyebut “ Jika
surga dan neraka tak pernah ada, masihkah kau bersujud kepada-Nya?” . Ya, jika
Allah tidak menyediakan balasan surga dan neraka dalam kehidupan akhirat kelak,
masihkah kita beribadah memohon ampun kepada-Nya?Masih kah kita mau melakukan
ibadah siang dan malam tanpa imbalan surga dan neraka?
Secara
tidak sadar kita memang Riya' pada Allah. Kita bukan takut pada Allah, tapi
takut pada ancaman neraka yang Allah sediakan untuk hamba-hamba-Nya yang tidak
melakukan ibadah. Kita hanya takut dengan siksaan yang menyeramkan didalam
neraka-Nya nanti.Itu yang kita lakukan selama ini. Coba, jika Allah tidak
mengancam dengan imbalan neraka dan memberi hadiah surga apakah kita akan takut
melakukan sesuatu yang buruk? Apakah kita masih takut untuk berzina, takut
untuk melawan orang tua, takut untuk tidak sholat, takut tidak mengaji, takut
tidak memakai jilbab dan lain sebagainya. Mau kah kita melakukan semua printah
Allah tanpa imbalan surga-Nya?
www.dakwatuna.com |
Inilah
mengapa manusia disebut RIYA'. Dalam sujudnya mengharap kebaikan untuk dirinya
sendiri, bukan ikhlas untuk Allah semata. Jadi teringat salah satu lagu yang dinyanyikan oleh almarhum Crisye feat Ahmad Dhani yang bunyi refnya 'Jika surga dan neraka tak pernah ada, masihkah kau bersujud kepada-Nya. Jika surga dan neraka tak pernah ada, masih kau menyebut nama-Nya' . Hmmmm...untuk beribadah saja mungkin bagi sebagian dari kita ikhlas adalah kata yang sulit untuk
diimplementasikan, tapi amat mudah untuk diucapkan.
Allah
itu Maha Baik. Dia menyediakan surga untuk hamba-hamba yang patuh terhadap
perintah-Nya. Allah menyediakan tabungan
pahala diakhirat untuk hamba-hamba-Nya yang
mau melakukan kebaikan di dunia. Allah
memberikan imbalan rezeki berlipat-lipat untuk hamba-hamba-Nya yang mau memberikan
rezekinya untuk membantu sesama.Allah mengampuni dosa-dosa hamba-Nya yang mau
bertaubat, dan lain sebagainya. Tidak kah kita berfikir bahwa Allah terlalu
baik pada kita?Kita meminta, Allah memberi.
Memang
benar kita dianjurkan untuk selalu berharap apapun pada Allah, karena Allah lah
satu-satunya tempat terbaik untuk memohon harapan. Tidak salah jika kita
mengajukan permohonan dan harapan kepada Allah.Juga tidak salah jika kita
beribadah mengharap imbalan karena memang Allah juga menyediakan semua imbalan
itu. Hanya saja selama ini mungkin kita lupa dengan kebaikan yang sudah Allah
berikan kepada kita sehingga kita terus saja meminta dan meminta.
Semoga
kita bisa mengambil hikmah dari sedikit ulasan diatas. Semua kembali pada diri
kita sendiri. Allah berfirman dalam Al-Quran Surat Adz-Dzariyaat ayat 56
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
"Dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah
kepada-Ku." (QS. Adz
Dzariyaat: 56).
Tujuan Allah menciptakan manusia
dan jin untuk beribadah kepada-Nya. Manfaatkan ibadah kita sebaik
mungkin.Imbalan apapun itu serahkan kepada Allah, Dia Maha Adil, tidak ada
satupun peristiwa di muka bumi ini yang luput dari timbangan keadilan-Nya. Ikhlas
adalah kunci utamanya.Jalankan semuanya dengan Ikhlas, Lillahi Ta’ala.
Semoga
ulasan ini bermanfaat untuk pembaca. Mohon maaf jika ada perkataan yang kurang
berkenan dihati.
Syukron :)
Ustadnya ustd. Arifin Ilham dan ustd. Yusuf mansyur
BalasHapussyukron atas informasinya... :)
Hapus