Al-Khawarizmi




Assalamualaikum pembaca, semoga Allah selalu meridhoi semua yang kita lakukan. .Aamin. Di label Sosok Inspirasi ini saya ingin bahas tentang seorang ilmuwan muslim yang mempunyai pengaruh besar dalam ilmu matematika. Akhi dan ukhti tahu siapa Bapak  Aljabar? Nama beliau saya sebut-sebut dalam tulisan saya sebelumnya yaitu “Wanita Bernilai 1”. Ya betul, beliau adalah al-Khawarizmi.  Ulasan tentang beliau akan saya jabarkan di paragraf selanjutnya. Tulisan ini saya tulis ulang dari salah satu majalah bertema islam.

Algoritma merupakan salah satu cabang ilmu matematika yang membahas tentang sistem hitung bilangan desimal dan trigonometri.bagi anda yang sekolah dibawah tahun 90’an mungkin istilah tersebut sangat akrab di telinga, karena hampir setiap kelas akan bertemu dengan bahasan Algoritma dalam mata pelajaran matematika. Kini Algoritma tidak dipelajari secara khusus di sekolah-sekolah. Namun yang patut disyukuri adalah bahwa penemu ilmu tersebut adalah seorang ilmuwan muslim yang bernama Abu Abdullah Muhammad Ibnu Musa al-Khawarizmi. Di kalangan ilmuwan Barat ia lebih fasih dipanggil Algorizm, dan nama Algoritma diambil dari nama asingnya itu.

Uzbekistan merupakan salah satu negara yang dengan muatan sejarah peradaban islam.  Sebelum Rusia melakukan invasi pada tahun 1873, Uzbekitan adalah negara yang besar dan termahsyur di mana-mana. 

Pada tahun 770 M kota Khawarizm (Kheva) sebelah selatan sungai Oxus (kini Uzbekistan, -red) menjadi saksi bisu atas kelahiran Abu Abdullah Muhammad Ibnu Musa, kota tersebut diabadikan sebagai nama belakang matematikawan ini, yaitu al-Khawarizmi.

Pada tanggal 14 September 786 M dinasti Abasiyah mengangkat Harun al-Rasyid sebagai khalifah yang kelima. Harun al-Rasyid dikenal sebagai orang yang mempunyai intelektual yang cukup matang. Khalifah inilah yang menurut catatan sejarah menghantarkan dinasti Abasiyah ke era kejayaan. Daerah kekuasaan Harun al-Rasyid yang menyebar dari Mediterania sampai daratan Gujarat memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan peradaban islam disekitarnya, termasuk Uzbekistan.

Harun al-Rasyid juga berhasil menghiasi kota Baghdad dengan gemerlapnya berbagai khazanah ilmu pengetahuan. Dunia seni dan sastra pun tidak ketinggalan melebarkan sayapnya di ibukota dinasti Abasiyah ini. Banyak tokoh sastra yang muncul kepermukaan  seperti : Abunawas (W. 803M/187 H), al-Kisa’i (W. 805 M/ 189 H) dan Ibrahim al-Mausil (W. 804 M/188 H). Dongeng tentang Seribu Satu Malam, Aladin, Ali Baba, dan Sinbad “Si Pelaut” pun terlahir dari goresan tinta mereka.

Pada tahun 809 M/193 H kekhalifan Harun al-Rasyid berakhir. Allah SWT telah memanggilnya setelah 23 tahun memimpin dinasti Abasiyah. Roda pemerintahannya pun diteruskan oleh putra mahkotanya Abu Abbas Abdullah al-Ma’mun. Tidak beberapa lama setelah al-Ma’mun dilantik, al-Khawarizmi kecil beserta keluarganya datang dari Uzbekistan untuk hijrah ke kota seribu satu malam ini. 

Kecerdasan al-Khawarizmi sudah terlihat sejak kecil. Ia sangat lancar menghitungbilangan-bilangan dalam jumlah yang cukup besar. Suhu politik ketika itusangat menguntungkan dirinya, Khalifah al-Ma’mun memberikan beasiswa kepada al-Khawarizmi untuk belajar di House of Wisdom. House of Wisdom adalah sebuah akademi yang didirikan al-Ma’mun dalam rangka meneruskan perjuangan pendahuluannya Harun al-Rasyid untuk menjadikan kota Baghdad sebagai pusat ilmu pengetahuan dunia. 

Dalam rangka memperkaya pemikiran umat islam tentang berbagai khazanah ilmu pengetahuan, sang Khalifah memerintahkan para ahli bahasa untuk menterjemahkan karya-karya besar ilmuwan Yunani agar dapat dipelajari dengan mudah. Usaha al-M’mun tersebut mendapat tanggapan yang positif dari berbagai kalangan. Para pencari ilmu pengetahuan pun berduyun-duyun dari berbagai pelosok dunia menuju kota Baghdad. Bertambah gemerlaplah cahaya ilmu pengetahuan yang menghiasi kota kelahiran Abunawas ini. 

Hunayn Ibn Ishaq dinobatkan sebagai direktur pertama akademi tersebut. Beliau adalah seorang ilmuwan dan ahli bahasa yang telah menterjemahkan karya-karya para ilmuwan Yunani, seperti Plato, Aristoteles, Ptolemeus, Hypocrates, Phytagoras dari bahasa Yunani ke bahasa Arab. Di akademi ini al-Khawarizmi mulai meniti karir keilmuwannya. Kecerdasan dan kecekatannya luar biasa membuatnya mampu melahap semua materi perkuliahan dalam jangka waktu singkat dan teori-teori keilmuwan Yunani telah ia jelajahi. Khalifah al-Ma’mun sangat tertarik pada kecekatan dan kecerdasan al-Khawarizmi, sehingga penguasa Baghdad ini tak segan-segan memberikan segala kebutuhannya dalam belajar. 

Rasanya tidak sia-sia al-Ma’mun mencurahkan perhatiannya kepada al-Khawarizmi, pria berdarah Uzbekistan ini telah mampu mengguncangkan dunia ilmu matematika dengan penemuannya yang spektakuler. Konsep Algoritma sebagai salah satu cabang ilmu matematika yang ia temukan menghantarkannya menjadi seorang ilmuwan termahsyur diseluruh dunia.  Pengaruh al-Khawarizmi dalam lapangan matematika lebih besar dari ahli manapun yang pernah dilahirkan pada zaman renaissance. Maha karyanyan yang sangat spektakuler adalah Al-Jabr Wa Al-Muqabalah, sebuah buku yang berisi tentang pengembangan tabel rincian trigonometri yang memuat fungsi sinus, cosinus, tangen dan kotangen serta konsep diferensiasi. 

Dalam mukadimah bukunya tersebut, al-Khawarizmi memberikan sebuah penuturan:
“Dengan kebesaran Amirul Mukminin Khalifah al-Ma’mun yang begitu ramah, beliau merangkul setiap karib-kerabatnya, memberikan bantuan, menjelaskan apa yang sulit dan memudahkan apa yang susah, sehingga memberikan dorongan positif bagiku dalam menyusun  buku ini, sebuah buku yang ringkas memuat hitungan pecahan sesuai dengan kebutuhan manusia dalam masalah waris, perniagaan, geografis, atronomi, dan khazanah ilmu lainnya yang membutuhkan sebuah hitungan. Semoga apa yang aku upayakan dapat diterima oleh semua kalangan sebagai bagian dari nikmat dan karunia Allah SWT. Aku menulis ini semata-mata mangharap taufik dan inayah-Nya, hanya kepada-Nya aku bertawakal dan Dialah Tuhan ‘Arasy Yang Agung.”

Selain Algoritma, teori aljabar juga merupakan buah pikir al-Khawarizmi. Jika Algoritma diambil dari nama asingnya, maka nama Aljabar sendiri diambil dari judul karya agungnya. Dalam cabang Aljabar ini, sebenarnya al-Khawarizmi banyak mengacu pada tulisan yang disusun oleh seorang ilmuwan asal Yunani, Diophantus (250 SM). Namun demikian, dalam meneliti buku-buku aljabar tersebut, al-Khawarizmi menemukan beberapa kesalahan dan permasalahan yang masih kabur. Kesalahan dan permasalahan inilah yang kemudian diperbaiki, dijelaskan, kemudian dikembangkan oleh al-Khawarizmi dalam karya-karya aljabarnya. Karena itulah tidk mengherankan bila ia juga dijuluki sebagai “Bapak Aljabar”. Bahkan menurut pengakuan Gandz, matematikawan Barat dalam bukunya The Source of Al-Khawarizmi’s  Algebra, Al-Khawarizmi lebih berhak menyandang gelar sebagai “Bapak Aljabar daripada Diophantus.

Dialah orang pertama yang mengajarkan Aljabar dalam bentuk elementer serta menerapkannya dalam hal-hal yang berkaitan dengannya. Aljabar kini telah memiliki posisi sebagai fondasi dalam matematika. Tak hanya itu, dibidang ilmu ukur, al-Khawarizmi juga dikenal sebagai peletak rumus ilmu ukur dan penyusun daftar logaritma serta hitungan desimal. Sayangnya beberapa sarjana Barat seperti John Napier (1550-1620 M) dan Simon Stevin (1548-1620 M) mengklaim bahwa rumus tersebut merupakan hasil dari temuan mereka.

Jasa al-Khawarizmi yang sangat berharga dalam dunia matematika adalah ditemukannya angka 0 (nol). Menurutnya bila dunia tidak mengenal angka nol, maka hitungan akan terbatas pada jumlahnya saja.  Dari hasil observasinya, ia menyimpulkan bahwa angka bisa terdiri dari beberapa elemen. Angkapun bisa membentuk sebuah unit. Penomoran bisa diekspresikan dengan angka 1 hingga 10. Angka tersebut dilipat gandakan menjadi 100, kemudian dilipat gandakan lagi menjadi 1000 dan seterusnya.

Dalam buku aljabar al-Khawarizmi juga merumuskan solusi persamaan. Persamaan tersebut dibagi atas linear dan kuadrat yang aplikasinya menggunakan akar dan kuadrat. Standar dasar persamaan menurut al-Khawarizmi terbagi menajdi enam, yaitu:
1.       Hasil kuadrat sama dengan angka
2.       Kuadrat sama dengan angka
3.       Akar kuadrat sama dengan angka
4.       Kuadrat dan akar sama dengan angka
5.       Kuadrat dan angka sama dengan hasil akar
6.       Akar dan angka sama dengan kuadrat

Dari enam dasar tersebut, al-Khawarizmi memberikan pedoman penyelesaiannya dengan menggunakan metode aljabar dan geometri. Contoh:  
Dari persamaan X2 + 10 X= 39. Berapakah X?
Untuk menyelesaikannya al-Khawarizmi mengambil ½  dari 10X. Jumlah ½ dari 10 adalah 5, kuadrat dari 5 adalah 25. Bila 25+39= 64, maka 64 mempunyai akar kuadrat berjumlah 8. Nilai 8 diambil ½ dari 10X=3 (8-5=3). Angka 3 kemudian mewakili X pada persamaan tersebut, maka penyelesainnya :
X2+10X                  =39
(3)2+10(3)            = 39
9+30                      =39

Dan masih banyak lagi rumusan-rumusan al-Khawarizmi yang dikodifikasikan dalm buku aljabar. Sekilas terlihat cukup rumit, namun bila dapat menemukan rumusannya tentu dengan mudah kita mampu menyelesaikannya. Ilmuwan Barat, Robert Chester merupakan orang pertama yang menterjemahkan karya ini ke dalam bahasa latin pada 1145 M dan sekaligus memperkenalkan Aljabar ke benua Eropa.

Selain itu al-Khawarizmi juga menulis buku tentang sejarah berjudul Kitab Al-Tharikh yang juga menjadi salah satu rujukan penting Imam Thabari, sejarawan muslim abad pertengahan. “Dunia pantas berterima kasih padanya, sosok yang telah memperkenalkan angka-angka nol dan membuka mata manusia mengenal pernik-pernik hitungan. Sejaran George Santon begitu memuja Khawarizmi dengan menyebutnya sebagai salah seorang ilmuwan terkemuka dari bangsanya  dan terbesar pada zamannya. “Terjemahan Aljabar al-Khawarizmi oleh Robert Chester menandai suatu zaman perkenalan dan kemajuan cabang ilmu ini di Eropa.”

Philip K. Hitti, penyusun The History of The Arabs menyebut al-Khawarizmi sebagai tokoh utama dalam sejarah awal matematika Arab. Di bagian lain, Hitti menulis karya al-Khawarizmi , al Jabar Wa al-Muqabalah ini yang diterjemahkan ke dalam bahasa latin pada abad ke-12 oleh Gerard Cremona sebagai berikut : “Hingga abad ke-16, buku ini telah digunakan sebagai buku matematika rujukan berbagai perguruan tinggi di Eropa. Karya-karya al-Khawarizmi juga berjasa dalam memperkenalkan angka-angka Arab atau Algorisme ke dunia Barat.”

Dalam bidang astronomi, al-Khawarimi membuat buku perbintangan dan tabel astronomi. Selain itu juga ia membuat kalender Yahudi (Istikhraj Tarikh al-Yahud). Di bawah pengawasan Khalifah al-Ma’mun, sebuah tim astronomi di bawah pimpinan al-Khawarizmi telah berhasil menentukan ukuran dan bentuk bundaran bumi. Riset pengukuran ini dilakukan di Sanjar dan Palmyra. Hasilnya, 56,75 Mil Arab sebagai panjang derajat meridian. Menurut C.A. Nallino, ukuran ini hanya selisih 2,877 kaki dari ukuran garis tengah bumi yang sebenarnya. Sebuah perhitungan luar biasa yang bisa dilakukan pada saat itu. Dengan kepandaiannya pula, al-Khawarizmi menyusun sebuah buku tentang perhitungan waktu berdasarkan bayang-bayang matahari, ia juga menterjemahkan sebuah tabel perhitungan dari India, Sindhata, yang kemudian diulasnya dengan baik.

Dengan memperhatikan tabel ersebut dan juga sumber-sumber lain, sebuah tabel karyanya sendiri menjadi perhatian kalangan astronomi di Eropa, terutama setelah diterjemahkan Aderlard Bath pada 1126 M. Tabel ini kelak menggantikan tabel Yunani dan India, setelah direvisi astronom Spanyol, Majriti. Buah pikir al-Khawarizmi dibidang geografi juga sangat mengagumkan, ia tidak hanya merevisi pandangan Ptolemeus tapi juga menyempurnakan beberapa bagiannya. Buku geografinya yang terkenal berjudul Buku Shurat-al-Ard (Bentuk Bumi), menjadi dasar dari ilmu bumi Arab. Naskah itu hingga kini masih tersimpan di Strassburg, Jerman.

Abdul Fida, seorang ahli ilmu bumi terkenal, menyebut Shurat-al-Ard sebagai buku yang menggambarkan bagian-bagian bumi yang dihuni manusia karena dihiasi secara lengkap dengan peta beberapa bagian dunia. C.A. Nallino, seorang penterjemah karya-karya al-Khawarizmi dalam bahasa latin menegaskan bahwa tak ada orang Eropa yang menghasilkan karya-karya seperti ini.
 Tak hanya menguasai matematika dan astronomi, Khawarizmi juga dikenal ahli seni musik. Dalam salah satu buku matematikanya, ia menuliskan pula teori tentang seni musik. Buku itu diterjemahkan oleh Adelard Bath pada abad ke-12dengan judul Liber Ysagogarom Alchorism. Pengaruh buku ini kemudian sampai ke Eropa dan sejarawan Philip K. Hitti menyebutkan sebagai perkenalan perkenalan musik Arab ke dunia latin. Banyak pujian yang diberikan para sejarawan dan ilmuwan dari Eropa kepada karya-karya Khawarizmi.

                Suatu hal yang patut kita banggakan bahwa sosok al-Khawarizmi selain sebagai ahli ilmu eksak dan penemu cabang-cabang ilmu matematika, ia juga sebagai seoranng sufi. Hal ini dapat kita simak beberapa bukunya selalu memulainya dengan hamdalah (Pujian kepada Allah) dan memberikan penegasan dengan kalimat, “Yang menunjuki kami dan memelihara kami”. Prof. DR. Ali Musthafa Musyrifah mengatakan: “Al-Khawarizmi tidak hanya sebagai penemu rumus Aljabar tetapi juga sebagai penyebar ilmu ini dari belahan Timur hingga belahan Barat, berkat pertolongan Allah SWT buku-buku karangannya menjadi rujukan utama bagi pemerhati ilmu matematika.”


                Petualangan dan pengabdian panjang al-Khawarizmi pun berakhir seiring dengan berputarnya roda aman yang terus berpacu. Pada tahun 840 M sang Matematikawan besar ini pergi menghadap Khaliknya, meninggalkan warisan berbagai mutiara ilmu pengetahuan yang tak pernah habis sepanjang peradaban manusia. Kita yang masih hidup saat ini, rasanya tak pantas membicarakan matematika tanpa menyebut nama al-Khawarizmi. Tidak etis rasanya kita bersenang-senang menghitung tabel astronomi jika tidak berterima kasih kepada penemunya. Oleh karena itu ilmu yang diwarisi oleh al-Khawarizmi baiknya mampu kita kembangkan dan pergunakan untuk kemaslahatan dunia.





Sumber: Majalah Hikayah Edisi 12 Oktober 2003.
                                                                                                                              

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibu, Aku Ingin Bebas

Ilmu Dunia SARJANA Tapi Ilmu Agama Cuma TK ???